JAKARTA, iNews.id - Pemerintah Indonesia sedang berupaya negosiasi dengan pemerintah Arab Saudi agar calon jemaah yang menggunakan vaksin Sinovac dan Sinovarm tidak perlu melakukan booster.Jemaah umrah harus sudah divaksin sebanyak dua kali dengan jenis vaksin yang diakui oleh Arab Saudi.
Jenis vaksin yang diakui yakni AstraZeneca, Pfizer, Johnson, Moderna. Selain itu, Sinovac dan Sinovarm pun diperbolehkan namun harus melakukan booster.
“Syarat jamaah yg berangkat harus sudah divaksin 2 kali dengan vaksin yang diakui Arab Saudi, yaitu: Astrazaneca, Pfizer, Johnson and Johnson, dan Moderna. Sinovac dan Sinovarm sudah diterima Saudi tetapi harus dibooster,” kata Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Nur Arifin kepada MNC (17/10/2021).
“Namun pemerintah RI masih melakukan diplomasi agar tidak usah dibooster. Karena rasanya tidak adil ketika masih banyak rakyat Indonesia belum divaksin sama sekali sementara ada sebagian mau divaksin 3 kali,” katanya.
Dia mengatakan pemerintah kini sedang mengkaji pembahasan mengenai teknis kembali dibukanya pelaksaan umroh bagi jemaah umroh asal Indonesia.
“Saat ini kami sedang mempersiapkan teknis pemberangkat umroh. Misalnya kordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk standarisasi sertivikat vaksin dan standarisasi PCR. Juga integrasi peduli lindungi dengan tawakalna milik Saudi." katanya.
Selain itu, Arifin juga menyebut kelompok yang diprioritaskan untuk berangkat umroh adalah jemaah yang pernah tertunda keberangkatannya dan jemaah yang menenuhi persyaratan protokol kesehatan serta administrasi lainnya.
“Kelompok yang diprioritaskan berangkat adalah jamaah umroh yang tertunda dan siap berangkat dengan protokol kesehatan serta biayanya,” ucapnya.
Arifin mengatakan secara keseluruhan total jemaah umroh yang belum diberangkatkan sebanyak 59.000 lebih. “Saat ini yg sudah daftar umroh belum berangkat ada 59.000 lebih,” tuturnya.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait