JAKARTA, iNews.id - Nama Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto ikut menjadi sorotan di kasus penembakan Brigadir Nopryansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J). Hal ini terkait pernyataannya pada awal kasus, yang belakangan berbanding terbalik dengan fakta baru yang diungkap timsus Polri.
Atas hal ini, putra kawanua yang pernah menjadi Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) pun mendapat banyak sorotan tajam dari masyarakat.
Pada awal mencuatnya kasus penembakan Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Benny Mamoto ketika itu ikut memberikan penjelasan terkait peristiwa tersebut. Bahkan dia mengaku turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan fakta-fakta sesungguhnya.
Hasil penelusuran pensiunan jenderal polisi bintang dua tersebut, dia sangat yakin tidak ada kejanggalan dalam kematian Brigadir J. Benny Mamoto juga dengan runtut menjelaskan mengapa peristiwa itu bisa terjadi sesuai dengan keterangan Polri ketika itu.
"Jadi kasus ini memang berawal dari pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J. Dia masuk ke kamar, kemudian istrinya Kadiv Propam teriak. Brigadir E itu dengar, langsung turun untuk mengecek ada kejadian apa. Setelah turun, ternyata di situ ditemui ada Brigadir J, yang justru malah menodongkan senjata, kemudian melakukan tembakan. Nah kemudian terjadilah tembak-menembak yang akhirnya Brigadir J meninggal dunia," kata Benny Mamoto kepada media empat pekan silam.
Kini setelah penyelidikan hampir sebulan, pernyataan Benny Mamoto ternyata berbeda 180 derajat dari keterangan Kapolri. Kapolri menyebut peristiwa kematian Brigadir J bukan dalam situasi tembak-menembak.
"Tidak ditemukan fakta peristiwa tembak-menembak seperti yang dilaporkan," kata Kapolri, Selasa (9/8/2022).
Atas ketidaksesuaian pernyataan dengan hasil akhir penyidikan Polri, muncul desakan agar Benny Mamoto diperiksa. Seperti disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD, yang meminta agar pihak yang memberikan keterangan salah ke publik di awal kasus kematian Brigadir J untuk diperiksa. Mereka diperiksa dalam rangka dugaan adanya pelanggaran etik maupun pidana.
Mengutip situs resmi Kompolnas, berikut profil lengkap Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto :
Benny Mamoto lahir di Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, 7 Juni 1955. Nama lengkapnya Benny Jozua Mamoto yang memiliki darah Minahasa dari orang tuanya.
Setelah besar, Benny Mamoto menempuh pendidikan di Akademi Polisi (Akpol) dan lulus pada 1977. Selama berkarier di Polri, Benny Mamoto lama berpengalaman di reserse.
Dia juga meraih Sarjana (S1) Hukum dari Universitas Krisnadwipayana pada 1992. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 dan S3 Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia (UI).
Saat menjabat anggota Polri aktif, Benny Mamoto pernah menduduki sejumlah jabatan. Dari mulai penyidik Densus 88 Antiteror Polri, Kepala Unit I/Keamanan Negara-Separatis, Dit I/Kamtrannas Bareskrim Polri (2001), Wakil Direktur II/Ekonomi & Khusus Bareskrim Polri (2006).
Kemudian Wakil Sekretaris NCB-Interpol Indonesia (2007-2009), Direktur Badan Narkotika Nasional–BNN (2009–2012) berpangkat Brigadir Jenderal hingga Deputi Pemberantasan Narkotika BNN berpangkat Inspektur Jenderal (2012-2013).
Selama di Polri, Benny Mamoto juga pernah mendapatkan tugas-tugas di luar negeri. Antara lain mengikuti kursus counter terroism JICA Jepang, memimpin operasi pembebasan sandera di Filipina, penyerahan tahanan buronan tentara Timor Leste ke Dili, hingga melakukan penyelidikan kasus BLBI ke Los Angeles, Amerika Serikat.
Tanda jasa yang pernah diraih Benny Mamoto :
- Satya Lencana Kestiaan 8 tahun,
- Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun,
- Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun,
- Bintang Bhayangkara Nararya,
- Bintang Bhayangkara Nararya (Prestasi)
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait