Rumah pengasingan Bung Karno di Ende NTT terletak di Jalan Perwira. Tampak seorang petugas membersihkan salah satu kamar yang ada di rumah pengasingan Presiden pertama RI Soekarno (Foto: Antara

JAKARTA, iNews.id - Rumah pengasingan Bung Karno di Ende NTT  merupakan tempat Ir Soekarno menjalani hukuman. Bung Karno diasingkan ke Ende disebabkan oleh kegiatan politiknya yang menurut pemerintah kolonial Belanda dianggap membahayakan.

Berdasarkan surat keputusan pemerintah kolonial Hindia Belanda tanggal 28 Desember 1933 membuat Soekarno harus menjalani hukuman pembuangan sebagai tahanan politik di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Pada tanggal 17 Februari 1934 dengan pengawalan polisi, Soekarno dengan didampingi oleh Inggit Garnasih, Ibu Amsi mertua Soekarno dan puteri angkatnya Ratna Djuami ingin menemani Soekarno dalam pengasingan diangkut dari Bandung ke Surabaya dengan kereta api yang sama.

Kemudian, dari Surabaya menuju ke tempat pembuangan Ende Flores, Soekarno dan keluarga di bawah pengawal De Vries dinaikkan ke kapal KPM Jan van Riebeeck selama delapan hari perjalanan dan dikawal oleh dua orang petugas pemerintah.

Setelah tiba di Ende Flores, Soekarno langsung dimasukkan dalam tahanan rumah miliki pemerintah Hindia Belanda hingga akhirnya tinggal di rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru bersama keluarganya.

Kegiatan Soekarno Selama Pengasingan di Ende
Soekarno menjalani hukuman pertamanya pada tahun 1930, tetapi mengalami kehancuran mental, ketidakpastian sosial, dan disorientasi politik. Kemudian, di penjara keduanya pada tahun 1993, Soekarno memohon belas kasihan kepada pemerintah kolonial.

Maka pada tahun 17 Februari 1934, Soekarno menjejakkan kakinya di Pelabuhan Ende. Di Ende, Soekarno secara bertahap membangun kekuatannya dan mulai merumuskan konsep negara, yaitu merancang Pancasila yang sekarang menjadi dasar Negara Indonesia.

Ketika di Ende, Soekarno memanfaatkan sebagian waktu pengasingannya untuk melakukan perancangan mendalam tentang butir-butir Pancasila yang kini menjadi dasar negara Indonesia.

Saat kelelahan, Soekarno berlindung di bawah pohon sukun berbatang lima. Soekarno duduk di bangku kecil sambil membaca buku. Setelah membacanya, Soekarno menutup bukunya dan kedua tangannya terangkat ke atas melihat kelima cabang pohon sukun sambil menikmati hembusan angin dan mulai berpikir jauh tentang Indonesia. Di bawah pohon sukun inilah Soekarno menemukan konsep dasar Indonesia, Pancasila.

Soekarno menghabiskan waktu berjam-jam di bawah pohon sukun sambil merenungkan ilham yang dikirimkan Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai “Pancasila”. Lima mutiara berharga itu adalah: Kebangsaan, Internasionalisme, atau Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, rumusan ini kemudian menjadi Pancasila yang berlaku dan tertuang dalam satu alinea berupa bentuk UUD 1945 alinea IV. Bung Karno mengatakan hanya menggali dari tanah dan tradisi Nusantara itu sendiri. “Dan Sukarno menemukan lima butir mutiara yang indah”.

Guna mengenang kehadiran Soekarno di Ende dan merayakan hari lahir Pancasila, patung Bung Karno saat ini berdiri untuk menyampaikan semangat Nasionalisme kepada Bangsa Indonesia.

Sejak tahun 1980-an Pohon Sukun itu berganti nama menjadi pohon Pancasila. Pohon aslinya sudah mati tahun 1970-an dan pemerintah setempat mengganti dengan menanam anakan pohon yang sama di lokasi yang sama. Soekarno mengobarkan semangat juangnya memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah dan berhasil melakukan kegiatan politiknya di Ende yang dikenal sebagai Pancasila.

Lima dasar negara hasil perenungan di Ende disampaikan Soekarno dalam pidato Sidang Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai hari kelahiran Pancasila.

Kemudian, tahun 1951 Presiden pertama Indonesia kembali mengunjungi Ende. Saat itu beliau bertemu dengan Haji Abdullah Ambuwaru dan memberitahu bahwa ia akan mengubah rumah pengasingannya menjadi museum. Dalam kunjungan keduanya pada 16 Mei 1954, Bung Karno akhirnya meresmikan rumah tersebut sebagai gedung museum.

Nah, itulah rumah pengasingan Bung Karno di Ende NTT hingga disebut sebagai Kota Pancasila. 


Editor : Cahya Sumirat

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network