JAKARTA, iNews.id - Di Indonesia, setiap provinsi memiliki upacara adat atau upacara tradisonal sendiri di masing-masing wilayahnya. Salah satunya adalah Sulawesi Utara (Sulut) yang memiliki upacara Mekiwuka, upacara ini merupakan ungkapan syukur kepada tuhan.
Upacara adat di Sulut tidak dapat dipisahkan dari agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya.
Sulut adalah salah satu provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, Indonesia, dengan ibu kota terletak di kota Manado.
Bukan hanya upacara Mekiwuka, Sulut juga memiliki upacara ada lain yang ada di wilayah, berikut upacara adat di Sulut lengkap dengan penjelasannya.
1. Upacara Mekiwuka
Upacara Mekiwuka adalah upacara adat suku Minahasa di Manado. Mekiwuka merupakan ungkapan rasa syukur atas pemeliharaan Tuhan di sepanjang tahun yang telah dilewati dan permohonan kepada Tuhan agar dibukakan jalan untuk memperoleh banyak berkat dalam menjalani tahun yang baru.
Upacara adat ini diselenggarakan dengan melakukan pawai yang dilakukan oleh seluruh warga kampung dengan memainkan alat musik sambil bernyanyi.
Mereka mengunjungi setiap rumah untuk memberi selamat tahun baru. Mekiwuka dilakukan mulai dari tengah malam pergantian tahun hingga subuh.
2. Upcara Tulude
Upacara adat Tulude merupakan hajatan tahunan warisan para leluhur masyarakat Nusa Utara (kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro).
Upacara ini merupakan acara sakral yang dilakukan sebagai rasa syukur atas segala berkat terhadap Mawu Ruata Ghenggona Langi (Tuhan yang Mahakuasa).
Tulude juga menjadi simbol kerukunan, persatuan, serta kebersamaan masyarakat. Selama upacara berlangsung, masyarakat akan berkumpul untuk makan bersama.
Biasanya, masing-masing keluarga akan membawa makanan dan di tempatkan di atas meja panjang untuk dinikmati bersama-sama, upacara ini telah dilakukan warga Sangihe, Talaud, dan Sitaro selama bertahun-tahun.
3. Upacara Mamatung Himukudu Emme
Upacara ini adalah satu bentuk upacara tradisional di daerah Sangihe Talaud dalam rangka memohon atau memanggil mahkluk yang dianggap sebagai penguasa atau penjaga sesuatu di ladang atau kebun.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat setiap ladang atau kebun mempunyai penghuninya atau ada mahkluk halus yang menunggunya.
Mahkluk tersebut dianggap sebagai penguasa ladang atau kebun sehingga berhasil tidaknya tanaman di lahan tersebut tergantung pada mahkluk tersebut.
4. Upacara Menondong Lapasi
Menodong lapasi artinya meluncurkan perahu. Upacara ini dilaksanakan pada waktu musim penyakit. Untuk memohon kesembuhunan maka diadakan upacara ini.
Waktu penyelenggaraan upacara ini tidak terikat pada ramalan atau bintang. Acara ini dilaksanakan apabila terjadi masuk musim penyakit. Biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita hingga selesai.
Upacara ini dilaksanakan di rumah-rumah keluarga tertentu di mana terdapat orang sakit keras atau bisa juga dibuat di bangsal atau balai desa.
5. Upacara Toki Pintu
Upcara Toki Pintu adalah pernikahan suku Minahasa yang mayoritas memeluk agama Kristen Protestan. Acara dilakukan dengan makan malam dan acara kebaktian.
Dalam bahasa Minahasa Toki Pintu berarti mengetuk pintu.
Upacara ini diawali dengan memastikan bahwa kediaman pengantin wanita dalam keadaan sepi dan sunyi.Semua jendela dan pintu harus tertutup dan lampu dimatikan.
Kemudian, rombongan pengantin pria menghampiri kediaman mempelai wanita dipimpin oleh seorang wali atau utusan dengan membawa mas kawin berupa kain bentenan, buah-buahan, aneka makanan khas Manado, umbi-umbian, dan seperangkat busanaa atau kosmetik seperti sepatu atau perhiasan.
Lalu, wali pihak pria akan mengetuk pintu tiga kali. Diketukannya yang pertama dan kedua, pintu tidak akan dibuka, dan baru pada ketukan ketiga pintu akan dibuka, dan disambut oleh wali pengantin wanita.
Ini adalah simbol bahwa si pengantin wanita bukanlah perempuan murahan. Setelah itu diadakan dialog dalam bahasa daerah Minahasa.
Editor : Candra Setia Budi
Artikel Terkait