Inspiratif, Sarjana Ini Nekat Pulang Kampung untuk Beternak, Penghasilan Ratusan Juta

SHANGHAI, iNews.id - Kisah inspiratif datang dari seorang pemuda di China. Sebagai seorang sarjana yang memiliki pekerjaan  tetap di kota tapi berani balik ke desa.

Atas keberaniaanya hijrah tersebut, kini dia memiliki penghasilan 200.000 yuan atau Rp437 juta dalam setahun.

Baca Juga

Kisah Sukses Emilia, Penjahit Baju Muslim yang Menembus Pasar Malaysia

Zhang merupakan sarjana yang pernah memiliki pekerjaan tetap di kota namun memutuskan pindah ke desa. Dia merasa lelah dan tertekan selama bekerja di kota.

Kisah Zhang yang nekat memutuskan pindah ke desa untuk bertani dan beternak viral. Kisahnya dinilai mampu menginspirasi warga lain.

Baca Juga

Kisah Sukses Mohed Altrad, Hidup Susah di Suriah Kini Jadi Konglomerat Berharta Rp50 Triliun

Dilansir dari eva, Zhang kini tinggal di kampung halamannya Provinsi Zhejiang, China. Dia sering membagikan video di media sosial Douyin tentang aktivitasnya menggembala ternak.

Baca Juga

Kisah Sukses Pelopor Sambal Bu Rudy, Ternyata Hanya Sekolah Hingga Kelas 3 SD

Setiap hari, dia pergi menggembalakan ternak ke gunung. Pada sore hari, dia menggiring kembali ternaknya pulang ke kandang.

Dia menceritakan, keluarga memang memiliki ternak yang cukup besar. Ada lebih dari 70 ekor kerbau dan sapi.

Baca Juga

Kisah Sukses Pendiri Kecap Bango, Berawal dari Garasi Rumah Hingga Punya Pabrik Seluas 6 Hektar

Masing-masing berharga sekitar 10.000-20.000 yuan atau sekitar Rp22 juta sampai Rp44 juta. Butuh sekitar 3-4 tahun untuk seekor ternak bisa dijual.

Baca Juga

Kisah Sukses Ben dan Jerry, Jadi Miliarder Berkat Bisnis Es Krim

Jenis hewan ternaknya tersebut memiliki daging berkualitas tinggi. Tak heran, harganya pun tinggi di pasaran.

Zhang mengaku telah menjadi peternak dan meninggalkan titel sarjananya selama beberapa tahun. Selama itu juga, dia mengaku bahagia dengan pekerjaannya saat ini.

Saat ini dia merasa hidupnya lebih tenang dan jauh dari hingar-bingar kota. Selain itu dia juga nyaman karena tetap tinggal dekat dengan keluarga.

Dia pun tak ada niat kembali hidup dan bekerja di kota, meskipun beternak secara manual di kampung halaman.

Editor: Cahya Sumirat