get app
inews
Aa Text
Read Next : Pilu! 4 Gadis di Medan Diperkosa Ayah, Paman dan Kakek, 2 di Antaranya Hamil

Jejak Permaisuri dan Anak Sri Sultan Hamengku Buwono V yang Dimakamkan di Manado

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 09:13:00 WITA
Jejak Permaisuri dan Anak Sri Sultan Hamengku Buwono V yang Dimakamkan di Manado
Makam Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono V, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton di Mahakeret Barat, Kota Manado. (Foto: MPI/Subhan Sabu)

MANADO, iNews.id - Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono V, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton ternyata dimakamkan di Kota Manado, Sulawesi Utara. Lokasi pemakamannya berada di Kelurahan Mahakeret Barat, Kecamatan Wenang.

Di depan kompleks makam terdapat gapura bertuliskan 'Tempat Pemakaman Permaisuri Sri Sultan HB V, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, wafat 25 Mei 1918. Selain itu terdapat pula makam anak Sri Sultan Hamengku Buwono V, Pangeran Arya Suryeng Ngalaga.

Sekitar 50 meter masuk ke dalam kompleks makam, di sebelah kanan terlihat bangunan berbentuk joglo berwarna putih yang dikelilingi pagar beton. Di dalam bangunan itulah bersemayam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan anaknya Gusti Timur Muhammad Suryeng Ngalaga.

Di sisi kiri kompleks bangunan terdapat empat kuburan kuno dan enam kuburan bertegel putih. Tidak diketahui pasti itu kuburan siapa. Di salah satu kuburan kuno tertulis Raden Nganten Sindoe Atmodjo. Diyakini itu merupakan kuburan dari pengikut Kanjeng Ratu Sekar Kedaton ketika dibuang ke Manado oleh Belanda.

Untuk bisa masuk ke lokasi makam ini harus ekstra hati-hati karena di sekeliling bangunan terdapat kuburan lainnya yang saling berdempetan. Peziarah harus waspada melewatinya agar jangan sampai menginjak kuburan orang lain.

Di depan kompleks makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan putranya, terdapat juga makam dari ulama pejuang perang Cilegon, Banten 1888 Syech Mas M Arsyad Thawil AlBantani yang wafat pada 19 Maret 1934.

Di Manado, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan putranya bersama para pengikut menetap di Kampung Pondol. Pondol berasal dari Bahasa Bantik yang artinya ujung. Pada waktu itu Pondol terbagi dua yakni, Pondol Keraton dan Pondol Raden Mas.

"Kampung ini namanya Pondol, di sebelah Pondol Keraton dan di sini Pondol Raden Mas karena ada anaknya," ujar Haji Muhammad Al Buchari (77) bekas juru kunci makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan anaknya, beberapa waktu lalu.

Yang dimaksud Pondol Keraton oleh Al Buchari merupakan Kampung Pondol tempat berdirinya sebuah keraton yang diperkirakan berada di antara Gereja GPdI Pusat Manado dan sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jalan Sam Ratulangi 4 sekarang ini.

Sementara Pondol Raden Mas berada di Masjid Al Muttaqin, Jalan Sam Ratulangi 5 yang diyakini merupakan tempat tinggal dari putra Sultan Hamengku Buwono V. Dahulu Masjid Al Muttaqin berada di dekat pantai, karena terkena abrasi dipindahkan ke lokasinya sekarang ini. Masjid Al Muttaqin di Pondol ini merupakan masjid tertua di Manado.

"Sisa-sisa keraton sudah tidak ada lagi karena terkena bom pada perang dunia ke II," kata Al Buchari, Imam Masjid Al Muttaqin tersebut.

Dahulu menurut Al Buchari, Kampung Jawa membentang luas dari kompleks rumah dinas gubernuran sekarang, di Kelurahan Bumi beringin sampai ke Pondol. Kampung Jawa merupakan tempat tinggal dari pengikut Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan para abdi dalem keraton.

"Ayah saya KH Abdurahman Al Buchari dulu sering ambil blasting (iuran) kepada mereka penghuni Kampung Jawa. Per bulannya 1 quart, setara 25 sen," katanya yang selama 20 tahun menjadi juru kunci makam.

Sekarang tinggal sedikit warga Jawa pengikut Kanjeng Ratu Sekar Kedaton yang tersisa di kompleks rumah dinas gubernuran tersebut.

"Dari semua tinggal satu saja abdi dalem keraton yang masih hidup, ayah dari Yasti Soepredjo, Bupati Bolaang Mongondow sekarang, yang lainnya sudah meninggal," ucapnya.

Awalnya kompleks pemakaman terbagi tiga, yakni untuk etnis Borgo, Cina dan Belanda. Pekuburan Cina dan Belanda sudah tidak ada lagi karena dibongkar dan dibangun Persekolahan Kristen Eben Haezar.

"Pekuburan Borgo tidak dibongkar karena ada makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton disitu, kalau kubur Belanda habis, kubur Cina juga habis," katanya.

Kini, setelah 20 tahun lamanya, Al Buchari tidak lagi menjadi juru kunci makam, tugasnya diambil alih Sukardi Soepredjo, ayah dari Yasti Soepredjo yang merupakan mantan abdi dalem keraton.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut