Kisah Haru 2 Janda Kakak Adik Naik Haji, Sisihkan Uang Jual Kue Keliling Puluhan Tahun

MANADO, iNews.id - Kisah haru kakak adik penjual kue naik haji 2023 datang dari Kelurahan Perkamil, Manado. Keduanya bisa ke Tanah Suci usai mengumpulkan uang puluhan tahun dari keuntungan dagangannya.
Kakak beradik bernama Suhriah Mato dan Nur Mato tak henti-hentinya mengucap syukur. Setiap pagi, mereka bangun lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam mengolah adonan kue lapis.
Setelah semua kue siap, Suhriah membawa kue buatannya untuk dititipkan di warung-warung dekat tempat tinggalnya di Kampung Arab Manado. Sementara Nur membawa kue dalam keranjang untuk dijual langsung kepada pelanggan di lokasi dekat tempat tinggalnya di Kelurahan Perkamil, Manado.
Keranjangnya dipenuhi dengan berbagai macam kue yang indah dan menggugah selera, dia menyusuri sepanjang jalan, menjual kue-kue tersebut dengan senyum ramah dan hangat kepada para pelanggan.
Usaha kue itu mereka lakukan untuk melanjutkan hidup setelah keduanya ditinggal pergi suami tercinta yang hanya terpaut beberapa tahun. Suami Suhriah meninggal tahun 1993, sedangkan suami Nur meninggal pada 1997.
Keduanya berjuang sebagai penjual kue untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil, baik pangan, sandang, sampai menyelesaikan pendidikan hingga sekolah tingkat atas. Setiap hari, mereka menghasilkan kue lezat yang menjadi sumber penghidupan sehari-hari dan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.
Selain berjuang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, keduanya tidak pernah memupuskan mimpi untuk bisa menunaikan Rukun Islam kelima, yakni naik haji ke Baitullah.
Meskipun pendapatan dari keuntungan menjual kue tidak tergolong banyak, mereka tetap tekun menyisihkan uangnya untuk ditabung. Kerinduannya untuk memenuhi panggilan Allah ke Tanh Suci Mekkah, telah mengalahkan logika besarnya keuntungan dengan tekad menabung sedikit demi sedikit.
Tabungan itu, berkisar Rp50.000 hingga Rp100.000 per hari. Keduanya memanfaatkan jasa menabung di bank milik pemerintah. Pada tahun 2013, impian pergi ke Tanah Suci semakin dekat, saat mereka berhasil mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Seiring semakin bertambahnya warga yang mampu pergi naik haji, Nur dan Suhriah haru bersabar menunggu antrean berangkat, sebagai calon haji lainnya.
Mendapat kabar kepastian berangkat itu, tubuh Suhriah Mato (73) mendadak gemetar. Detak jantungnya berdegup kencang, tak kuasa menahan bahagia bercampur kaget.
Demikian juga saat prosesi keberangkatan dari rumahnya, Jumat (16/6/2023), keduanya tidak dapat menyembunyikan rasa haru, terutama saat bersalaman dan berpelukan dengan warga di Kelurahan Istiqlal, Kampung Arab.
Mereka tidak mampu menahan rasa gembira, hingga dua matanya berjelaga butiran air mata. Diiringi keluarga dekat, Suhriah Mato mengucapkan salam kepada tetangga dan keluarga lain yang mengantar sampai ke luar kampung. Peristiwa serupa juga dirasakan Nur A Mato (71), Adik dari Suhriah.
Kakak beradik ini kemudian diantar keluarga ke Wisma Haji di Kelurahan Tuminting, Kota Manado. Keduanya berpelukan sambil menangis sebagai tanda syukur diberi kesempatan oleh Allah umur panjang.
"Kami berdua selalu berdoa agar diberi kesempatan bisa ke Tanah Suci dan akhirnya dikabulkan. Alhamdulillah," kata Nur.
Di asrama haji, keduanya meminta tinggal satu kamar di lantai satu khusus para lansia yang berusia di atas 60 tahun.
Sesuai jadwal, keduanya masuk dalam kloter 17 dari Kota Manado, Provinsi Sulut. Mereka akan bergabung dengan jamaah calon haji lain. Keduanya berharap dapat memperoleh pengalaman spiritual yang mendalam dan memperkuat iman mereka saat di Tanah Suci.
Editor: Nani Suherni