Sejarah Kota Manado, Hari Ini 14 Juli Genap Berusia 400 Tahun
MANADO, iNews.id - Sejarah Kota Manado yang hari ini genap berusia 400 tahun, Rabu (14/7/2023). Hari jadi Manado ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623.
Manado merupakan kota terbesar kedua di Pulau Sulawesi setelah Makassar. Kota yang indah dan berkembang pesat ini terletak di tepi pantai.
Kota Manado tercatat memiliki 11 kecamatan dengan 87 kelurahan dan desa. Manado terletak di Teluk Manado dan dikelilingi daerah pegunungan serta pesisir pantai yang merupakan tanah reklamasi dan dijadikan kawasan perbelanjaan.
Jumlah penduduk di Manado diperkirakan sebanyak 476.910 jiwa per tanggal 30 Juni 2022 berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tahun 2022 dengan kepadatan 2.934 jiwa/km2.
Hari jadi Kota Manado ditetapkan tanggal 14 Juli 1623 yang merupakan momentum dalam mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus. Pertama tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 yakni saat para putra daerah bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kemudian bulan Juli diambil dari unsur yuridis yaitu Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis, yaitu tahun di mana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi.
Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT yang ke-367. Sejak saat itu hingga sekarang, tanggal tersebut terus dirayakan masyarakat dan Pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado.
Dilansir dari manadokota.go.id, Manado dari arah utara, timur dan selatan dikelilingi bukit landai, bergelombang dan barisan pegunungan yang hijau. Sebelah barat dengan pemandangan laut biru yang dihiasi tiga pulau eksotik yakni Bunaken, Manado Tua dan Siladen yang terkenal dengan pesona wisata bawah lautnya.
Sebelum maju dan berkembang besar, Manado merupakan bagian dari wilayah Minahasa. Sampai tahun 1947, Manado masih wilayah Minahasa dengan nama Wenang.
Menurut Prof Geraldine Manoppo-Watupongoh, pergantian nama Wenang menjadi Manado dilakukan Spanyol pada tahun 1682. Menurutnya, Manado diambil dari nama pulau di sebelah Bunaken, yaitu Pulau Manado (kini Manado Tua).
Mengapa Wenang harus diganti menjadi Manado? Sebab di dalam dokumen dan surat-surat penting bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda, nama Manado banyak tercantum dan lebih dikenal dibanding Wenang.
Tahun 1623, nama Manado mulai dikenal dan digunakan di dalam surat-surat resmi. Itulah alasannya sehingga Wenang diganti menjadi Manado. Untuk menjaga nilai sejarahnya, di belakang kata Manado ditambahkan kata tua, sehingga menjadi Manado Tua hingga saat ini.
Dari bahasa mana Manado berasal? Kata Manado berasal dari bahasa daerah sub etnis di Sulawesi Utara. Penyebutannya berdasarkan dialek masing-masing. Bangsa Eropa menyebutnya berdasarkan lidah mereka. Orang Portugis menyebutnya Moradores, orang Spanyol menyebutnya Manados.
Bukan hanya orang Eropa yang memiliki banyak versi tentang nama Manado. Etnis dan sub etnis di Sulawesi Utara pun memiliki nama yang berbeda tentang Manado. Manado dalam bahasa tua Tombulu disebut Manaror, sub etnis Tontemboan menyebutnya Manarow, etnis Sangihe menyebutnya Manaro. Tak satu pun etnis dan sub etnis di Sulawesi Utara yang menyebut Manado mirip dengan apa yang didengar oleh Simao d’Abreu dan yang ditulis oleh Antonio Galvao, yaitu Manada.
Walaupun terdiri dari berbagai versi berbeda, tetapi yang pasti kata Manado adalah bahasa lokal di Sulawesi Utara yang hampir punah. Nama Manado yang dikenal saat ini berasal dari kata Manarow atau Manadou (bahasa daerah Minahasa), yang artinya “dijauh”; suatu sebutan yang hampir sama dengan bahasa Sangihe, yaitu Manaro, yang artinya juga “dijauh” atau “negeri yang jauh”.
Editor: Donald Karouw