6. Raden Ajeng Kartini (Jepara, Jawa Tengah)
R.A Kartini merupakan tokoh perempuan yang lahir di Jepara pada 21 April 1879. R.A Kartini terkenal sebagai sosok yang memperjuangkan kebangkitan hak-hak perempuan di Indonesia. Kala itu, dia sedikit mengkritisi budaya Jawa yang menghambat perkembangan perempuan.
Melalui surat-suratnya, dia memberikan sebuah gagasan-gagasan terkait dengan perjuangan terhadap perempuan. Bahkan, tanggal kelahiran dari R.A Kartini hingga saat ini ditetapkan sebagai hari peringatan perjuangan Kartini atau dikenal dengan Hari Kartini.
7. Dewi Sartika (Jawa Barat)
Dewi Sartika merupakan pahlawan wanita yang berasal dari Cicalengka, Jawa Barat. Dia lahir pada 4 Desember 1884. Dewi Sartika juga dikenal sebagai tokoh perintis pendidikan bagi kaum perempuan.
Bentuk dari perjuangannya mendirikan Sekolah Istri yang diberi nama Sekolah Raden Dewi, sekolah tersebut berada di Pendopo Kabupaten Bandung.
Berkat jasa-jasanya untuk memperjuangkan pendidikan perempuan, Dewi Sartika mendapatkan gelar Orde van Oranje-Nassau. Selain itu, dia juga diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1 Desember 1966. Dewi Sartika wafat pada 11 September 1947.
8. Rohana Kuddus (Padang, Sumatera Barat)
Nama pahlawan wanita Indonesia selanjutnya, yaitu Rohana Kuddus yang berasal dari Padang, Sumatera Barat. Dia merupakan seorang wartawati pertama Indonesia yang lahir pada 20 Desember 1884.
Pada 1911, Ruhana mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang. Saat aktif pada bidang pendidikan, dia menulis di surat kabar perempuan yaitu Poetri Hindia.
9. Maria Walanda Maramis (Minahasa, Sulawesi Utara)
Maria Walanda Maramis merupakan seorang pendidik sekaligus seorang penggiat hak-hak perempuan, dia berasal dari Sulawesi Utara (SuLut). Dia juga dikenal sebagai pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan dibidang politik dan pendidikan.
Maria Walanda Maramis, mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada 08 Juli 1917. Organisasi tersebut memiliki tujuan untuk memajukan pendidikan perempuan Minahasa.
Pada 1919, dia berhasil untuk memperjuangkan kaum wanita Minahasa mendapatkan hak suara untuk memilih wakil rakyat di Minahasa Raad.
10. Andi Depu Maraddia Balanipa (Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat)
Andi Depu dikenal karena keberhasilannya dalam mempertahankan wilayahnya dari penaklukan jajahan Belanda. Bahkan, Andi Depu berhasil untuk mengibarkan bendera Merah Putih ketika pasukan Jepang datang di Polewali Mandar pada 1942.
Berkat keberaniannya, Andi Depu dianugerahi Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.
Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan gelar Pahlawan Nasional pada Andi Depu dan lima tokoh lainnya yang tertuang pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
11. Siti Manggopoh, Manggopoh, (Agam, Sumatera Barat)
Siti Manggopoh lahir di Sumatera Barat pada Mei 1880, merupakan bungsu dari enam bersaudara dan anak perempuan satu-satunya.
Dia juga ikut berjuang untuk melawan kebijakan ekonomi dari Belanda, melalui pajak uang (Belasting). Pada perang Manggopoh, Siti memenangkan pertarungan dengan Belanda. Dia sempat menikmati suasana pada kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945.
Namun, saat itu banyak yang melupakan perjuangan Siti. Pada 1965, Siti Manggopoh meninggal dunia di rumah cucunya pada usia 85 tahun. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Lolong, Padang.
12. Fatmawati Soekarno (Bengkulu)
Fatmawati Soekarno merupakan ibu negara Indonesia pertama yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945. Pada 1951, Fatmawati juga turut memperjuangkan agar dokumen, barang dan arsip pemerintah Indonesia yang dirampas oleh Belanda dikembalikan ke Indonesia.
Selain itu, dia juga turut serta aktif dalam memberikan bantuan dengan mengirim pembekalan kepada para istri prajurit dan prajurit yang sedang berjuang di wilayah pertempuran.
Pada 1951, Fatmawati turut memperjuangkan agar dokumen, barang dan arsip pemerintah Indonesia yang dirampas Belanda dikembalikan ke Indonesia.
13. Nyi Ageng Serang (Purwodadi, Jawa Tengah)
Nama pahlawan wanita Indonesia selanjutnya, yaitu Nyi Ageng Serang yang lahir dengan nama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Nyi Ageng Serang pada 01 Desember 1872.
Dia merupakan keturunan dari Sunan Kalijaga yang membantu Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda sekaligus dikenal sebagai penasihat perang.
Baginya, selama masih ada penjajah di bumi pertiwi, dia harus siap tempur untuk melawan penjajah. Strateginya yang terkenal, yaitu penggunaan lembu (daun talas hijau) untuk melakukan penyamaran. Nyi Ageng Serang meninggal pada usia 86 tahun.
14. Nyai Ahmad Dahlan (Yogyakarta)
Nyai Ahmad Dahlan memiliki nama lahir Siti Walidah, seorang tokoh yang memperjuangkan emansipasi perempuan dan turut andil dalam diskusi perang bersama dengan Jenderal Sudirman serta Presiden Soekarno.
Selain itu, dia juga memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada 1914 untuk wanita Islam. Dia juga mendirikan asrama putri yang dibangun di rumahnya.
Dia memberikan pendidikan keimanan, praktik ibadah hingga berlatih pidato dan dakwah.
15. Fatimah Siti Hartinah Soeharto (Surakarta)
Siti Hartinah Soeharto atau lebih dikenal dengan sapaan Ibu Tien Soeharto merupakan orang yang memprakarsai pendirian Perpustakaan Nasional. Dia mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional wanita setelah kematiannya.
Dahulu, dia juga dikenal karena pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Dia pernah menempati berbagai jabatan kenegaraan. Selain itu, dia juga memprakarsai berdirinya Taman Mini Indonesia Indah.
Ibu Tien juga sebagai penggerak dari Kongres Wanita Indonesia. Selain itu, dia mendesak perlunya larangan poligami yang akhirnya keluar pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 tegas melarang PNS untuk berpoligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
16. Opu Daeng Risadju (Sulawesi Selatan)
Pahlawan wanita Indonesia yang selanjutnya, yaitu Opu Daeng Risadju lahir 1880 berasal dari Sulawesi Selatan. Perannya dalam perjuangan, yaitu untuk memobilisasi para pemuda melakukan perlawanan terhadap NICA atau badan sipil sebagai perpanjangan tangan Belanda.
Itulah penjelasan tentang pahlawan wanita Indonesia dan asal daerahnya yang telah memperjuangkan tanah air Indonesia bersama dengan pahlawan lainnya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait