Albert Einstein, ilmuwan Yahudi. (Foto: Istimewa)

Sebulan kemudian, Inggris mengakhiri kekuasaannya atas Mandat Palestina. Israel pun muncul. Legitimasi yang diklaim oleh para pendirinya adalah Resolusi Pemisahan PBB November 1947 yang mengusulkan agar Palestina dibagi menjadi dua negara, satu Yahudi dan satu Arab, dengan Yerusalem dikelola secara independen dari kedua belah pihak.

Sebagai seorang pasifis seumur hidup, Einstein menyukai gerakan perdamaian global ketika dia menulis “Manifesto untuk Orang-Orang Eropa” yang menuntut perdamaian di Eropa melalui persatuan politik semua negara di seluruh benua biru itu. Tidak heran, dia tak pernah mengunjungi Israel sejak negara Yahudi itu didirikan—yang terbentuk dari peluru senjata api, dinamit, dan, darah rakyat Palestina.

Sampai hari ini, kata Ridley, ada banyak tragedi “Deir Yassins” lainnya sejak Einstein mengutuk langsung peristiwa yang dilihatnya sebagai terorisme Yahudi itu. Termasuk di antaranya gempuran Israel selama 11 hari ke Gaza, Mei lalu, yang menewaskan 254 warga Palestina, termasuk 39 perempuan dan 66 anak-anak.


Editor : Cahya Sumirat

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3 4 5

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network