Langkah yang diambil Singapura terbilang terlambat jika dibanding sejumlah negara lain seperti Korea Selatan (Korsel), Thailand, Malaysia, Jepang, Taiwan dan Indonesia yang telah mengizinkan wanita lajang membekukan sel telurnya. Di Jepang, pemerintah bahkan memberikan subsidi.
Rencana pemerintah Singapura ini pun diapresiasi oleh kelompok hak-hak perempuan di negara itu. Ini bisa jadi solusi tingkat kesuburan Singapura yang rendah.
"Membiarkan pembekuan telur memperluas peluang orang-orang ini untuk menjadi orang tua lebih lama. Ini adalah langkah positif, dan tepat waktu, mengingat tingkat kesuburan Singapura yang rendah," kata kepala penelitian dan advokasi di Association of Women for Action and Research (Aware), Shailey Hingorani.
Meskipun teknologi sudah ada sejak 1980-an, pembekuan sel telur tidak murah. Ini tetap merupakan proses yang hanya tersedia untuk perempuan kaya, terutama di Asia Tenggara yang menurut Bank Dunia (World Bank), rata-rata PDB per kapita hanya 11.123 Dolar AS pada 2020.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait