MANADO, iNews.id - Fenomena La Nina menguat di semester kedua tahun 2022. La Nina masih menjadi salah satu penyebab produk hortikultura di sejumlah sentra daerah produksi mengalami gagal panen.
Kepala bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut) Arbonas Hutabarat mengatakan fenomena alam ini yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi, sehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia selain angin muson.
"Tingginya curah hujan juga menjadi faktor yang menyebabkan gagal panen di sejumlah sentra produksi hortikultura," kata Arbonas, di Manado, Kamis (23/6/2022).
Ia menjelaskan pada Januari-Februari hasil pantauan indeks BMKG menunjukkan bahwa La Nina sudah berkurang menuju intensitas lemah (indeks sekitar -0,9 hingga -0,8). Namun pada bulan Maret-April, indeks La Nina menguat kembali dan indeks berkisar 1.1 (intensitas sedang).
Di samping itu, fenomena La Nina yang menguat menjelang periode pergantian musim hujan ke musim kemarau tahun ini, berdampak pada mundurnya musim kemarau di Indonesia yang berpotensi menyebabkan bergeser siklus tanam dan panen komoditas hortikultura.
Namun demikian, berdasarkan Data Statistik Pertanian Hortikultura (SPH), pada bulan April dan Mei 2022 terjadi peningkatan luas tanam pada berbagai sentra produksi bawang di Jawa maupun Luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan harga bawang akan kembali normal pada Juni dan Juli.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait