MANADO, iNews.id - Ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) pada tahun 2022 tumbuh sebesar 5,42 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut tumbuh di atas angka nasional yang hanya 5,31 persen.
"Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebesar 4,16 persen dan tahun 2020 yang tumbuh negatif 0,99 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Asim Saputra, di Manado, Senin (6/1/2023).
Dia menjelaskan, sektor dengan pertumbuhan terbesar menurut lapangan usaha adalah penyediaan akomodasi sebesar 12,41 persen.
Selanjutnya adalah transportasi dan pergudangan 11,74 serta sektor pengadaan listrik dan gas 10,17 persen.
"Tiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan dua digit," ujarnya.
Sedangkan sektor dengan penyebaran terbesar pada struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulut, yaitu pertanian, perkebunan dan perikanan tumbuh 6,35 persen.
Asim juga mengatakan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang pada tahun 2022 tumbuh 6,35 persen, jauh lebih tinggi dibanding dua tahun sebelumnya, yakni 2,22 persen pada 2020 dan 1,90 persen pada 2021.
Pertumbuhan tahun ini juga lebih tinggi dari sebelum pandemi yang sebesar 5,82 persen.
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang mengalami peningkatan pertumbuhan selama tahun 2022 menurut Asim didorong oleh semakin banyaknya pertemuan tatap muka atau MICE yang diselenggarakan di Sulut, baik nasional maupun internasional.
Ada sejumlah kegiatan yang dilaksanakan di Sulut pada tahun lalu, seperti Side Event G20, TIFF, lomba pancing internasional di Likupanga, Festival Danau Tondano, Festival Pulau Lembeh dan kegiatan lainnya.
Sumber pertumbuhan ekonomi Sulut terbesar menurut lapangan usaha yaitu pertanian 1,25 persen, perdagangan 0,97 persen, transportasi 0,88 persen, industri pengolahan 0,75 persen dan konstruksi 0,51 persen.
Sementara menurut pengeluaran, pertumbuhan terbesar terjadi pada konsumsi LNPRT sebesar 6,94 persen, kemudian konsumsi kumah tangga 6,93 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi 2,94 persen.
Ekspor barang dan Jasa 0,47 persen dan konsumsi pemerintah 0,17 persen. Sedangkan impor barang dan jasa mengalami pertumbuhan negatif 3,49 persen.
Editor : Cahya Sumirat