TALAUD, iNews.id – Komoditas serat Abaka yang tumbuh liar di Talaud harganya masih murah. Padahal tahun 2019 serat Abaka sudah pernah diekspor ke Inggris dan di tahun 2020 juga masuk pasar Jepang.
Pemanfaatan pohon pisang Abaka sebagai produk unggulan belum optimal. Menurut Alwin Atini, petani pisang Abaka, harga serat Abaka yang masih rendah menjadi kendala utama yang mereka hadapi saat ini.
Alwin menyebutkan harga serat Abaka yang sudah diproses hingga kering dihargai Rp15.000 per kg. Nilai tersebut tidak sebanding dengan beban operasional dalam mengolah serat Abaka. Kondisi tersebut diyakini menyebabkan masyarakat Talaud belum begitu tertarik membuka kebun pisang Abaka.
Menurut Alwin harga yang tidak sesuai dan tidak kompetitif menyebabkan petani lebih memilih berusaha ke komoditas lain seperti Kopra sehingga terkadang Pisang Abaka tidak terawat dan tidak dipanen.
“Padahal jika tidak dipanen, batangnya tidak dapat membesar sehingga tidak menghasilkan serat yang lebih banyak,” ujar Alwin, Jumat (30/4/2021).
Permasalahan kedua adalah lahan pisang Abaka yang minim, mengakibatkan ketersediaan bahan baku batang pisang Abaka tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Kendala lainnya adalah masyarakat yang memiliki mesin pengolahan serat Abaka masih sedikit.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait