Beberapa faktor yang menyebabkan kompetensi SDM Indonesia menjadi rendah karena masih banyak pemerintah yang salah dalam memprioritaskan pengembangan SDM. Terlebih di masa pandemi yang mengharus anggaran dipotong untuk penanganan Covid-19.
"Kalau anggaran di kantor yang terpotong, apa yang kita lakukan? ini Diklat kan enggak perlu, kita potong saja diklatnya. Ini SPPD jangan itu penting sekali. Ini yang kita lakukan di rumah dan di kantor berbeda padahal kita mengatakan bahwa manusia aset yang paling penting dalam organisasi," tegasnya.
Menurutnya, penyederhanaan birokrasi melalui layanan digital saat ini merupakan hal paling mendesak. Dari 4.121.476 ASN di Indonesia, 1.559.695 ASN atau 38 persennya sebagai tenaga administrasi.
"Teknis 6 persen, administrasi 38 persen dan struktural 11 persen, jadi ada 55 persen. Kalau dilihat beban untuk menjadikan birokrasi berkualitas dunia ada di mana? Masalahnya yang administrasi ini kompetensinya sangat rendah. Kita tidak bisa berharap banyak kita melakukan reformasi dan perubahan," katanya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Bima mengajukan konsep triple distrupsios atau gangguan berlipat tiga. Semua ASN diharapkan siap dengan gangguan ini dalam adaptasi budaya kerja.
Triple distrupsios yang dimaksud yakni era industri 4.0 yang mengharuskan digitalisasi kerja, bonus demografi dengan banyaknya kaum milenial serta pandemi Covid-19.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait