Ilustrasu korban Refly Mambu tewas di rumah sakit usai duel dengan oknum TNI di Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. (Foto: Ist)

MANADO, iNews.id - Seorang warga asal Tondano, Refly Mambu tewas usai berkelahi dengan Kopda Handrei Supit anggota TNI Angkatan Darat yang berdinas di Rindam XIII/Merdeka. Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Togela Tondano, Jumat (24 Juni 2022) sekitar pkl 21.00 WITA.

Kodam XIII Merdeka sudah memberikan penjelasan resmi terkait kejadian tersebut melalui Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XIII/Merdeka Kolonel Inf Jhonson Sitorus. Namun belakangan anak korban, Rainer Gideon Mambu juga menyampaikan kronologi kejadian versi keluarga lewat media sosial Facebook.

"Selamat siang masyarakat Sulawesi Utara. Sehubungan dengan berita yang telah tersebar di mana-mana tentang kronologi terjadinya peristiwa papa saya yang dianiaya oleh salah satu oknum tentara di mana pemberitaan tersebut menyatakan papa saya seolah-olah disalahkan, padahal papa saya di sini yang menjadi korban," tulisnya dikutip Kamis (7/7/2022).

"Saya sebagai anak korban, mengklarifikasi tentang kronologi yang sebenarnya kepada masyarakat Sulawesi Utara agar masyarakat semua tidak terpengaruh dengan berita-berita hoaks yang telah beredar," katanya.

Kronologinya, pada hari Jumat (24 juni 2022), korban dari kebun kombi mau pulang rumah di Peleloan. Jarak tempuhnya cukup jauh dari kombi ke Peleloan. Di jalan Togela - Tondano dekat banjir-banjir ditambah pula jalan sangat licin.

"Istri pelaku membuat silau dengan lampu mobil tambah lagi istri pelaku memancarkan air kepada papa saya, terus papa saya hanya sekadar bilang kepada istri pelaku (tidak marah-marah), istri pelaku tidak terima apa yang papa saya katakan," katanya.

Karena istri pelaku dan ayahnya sudah beradu mulut, lalu turunlah pelaku tersebut (Kopda Handrei Supit) dari motor. Istri pelaku mengaku ayahnya mengambil samurai, tapi kenyataannya itu tidak benar.

"Itu hanyalah pisau yang biasa dipakai pada umumnya di kebun (kalau di bilang pisau buat potong bumbum-bumbum besar)," ujarnya.

Beberapa menit kemudian pelaku mengambil kunci bola dan langsung memukul di bagian belakang kepala ayahnya. Menurut saksi mata (pengendara motor yang lewat), ayahnya sudah tergeletak di aspal yang penuh dengan air.

"Saksi mata tersebut berhenti dan berkata kepada pelaku dan istrinya 'tolong bawa kasihan di rumah sakit karena sudah parah sekali, karena sudah banyak darah yang keluar apalagi otaknya sudah keluar'. Pelaku dan istrinya hanya lihat-lihat di tempat kejadian," tuturnya.

Pada akhirnya pelaku dan istrinya membawa ayahnya ke Rumah Sakit Sam Ratulangi Tondano. Sampainya di IGD kata saksi mata yang ada di sana, pelaku dan istrinya marah-marah kepada ayahnya.

Mereka mengeluarkan kata-kata: 'Turun kamu turun, tidak usah kelihatan lemah-lemah begitu,'.

"Padahal kasihan papa saya sedang menahan sakit yang tidak karuan akibat pemukulan di kepalanya," ucapnya

Jam 10 malam ayahnya berada di rumah sakit, namun dia mengakui pihak keluarga mendapatkan informasi sudah jam 11 malam.

"Cerita singkat, setelah kami tiba di RS Tondano, papa saya langsung dirujuk ke RS Malalayang, kami keluarga pergi ke RS Malalayang, dokter bilang mau melakukan operasi pertama. Sesudah operasi pertama, papa saya sadar dan menceritakan kronologi kejadiannya. Dan pada tanggal 3 juli 2022 pukul 10:47 papa saya meninggal dunia," ujarnya.

Kapendam XIII/Merdeka Kolonel Inf Jhonson Sitorus dalam keterangan resminya mengatakan peristiwa tersebut saat ini perkaranya sedang ditangani Pomdam XIII/Merdeka atas dasar laporan keluarga korban.


Editor : Cahya Sumirat

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network