Batu Niopo yang merupakan situs keramat suku Bantik di Manado. (Foto: MPI/Subhan Sabu)

MANADO, iNews.id - Batu Niopo merupakan situs budaya suku Bantik yang diyakini sebagai tempat naik turunnya Sang Pencipta. Batu ini letaknya masih di dalam kota, tepatnya di Kelurahan Malalayang I, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara.

Tidak sembarang orang bisa masuk ke situs budaya tersebut. Pengunjung terlebih dahulu harus menemui Yohan Mongisidi, salah satu tua-tua adat Suku bantik untuk meminta ijin agar bisa masuk ke dalam situs Batu Niopo.

Rumah Yohan terletak tidak jauh dari lokasi situs hanya berjarak sekitar 20 meter. Di rumahnya yang sederhana, dia menerima tamu yang akan berkunjung untuk datang dan melihat-lihat. 

Untuk mengambil gambar Batu Niopo, terlebih dahulu wajib menuliskan nama di buku kecil yang disediakan Yohan sebagai syarat meminta izin kepada para leluhur.

Dia lalu berbicara menggunakan bahasa suku Bantik di lokasi pemakaman berukuran 5 x 15 meter yang dikelilingi pagar beton untuk meminta izin. Kalau dizinkan, baru bisa pergi dan mengambil gambar. 

"Batu Niopo merupakan tempat keramat bagi Suku Bantik karena di situ diyakini ada leluhur Jopo Lramo, Sang Pencipta, sama seperti Tuhan, penguasa jagad raya," kata Yohan kepada MNC Portal Indonesia, Senin (24/5/2021).

Di dalam situs terdapat pohon besar yang diyakini sebagai tempat turunnya Jopo sehingga leluhur-leluhur suku Bantik berdoa memohon kepada Jopo.

"Kalau kita yakin Jopo itu ada, berarti ada. Tapi kalau tidak yakin, berarti tidak," katanya.

Batu Niopo ini oleh suku Bantik dipercaya sebagai tempat turun dan naiknya Sang Pencipta.

"Bila ingin keliling jagad raya, naiknya dari sini, juga kalau mau turun, kembali ke sini," ucap Yohan yang merupakan keponakan dari Pahlawan Nasional Robert Wolter Mongisidi tersebut.

Menurutnya, Batu Niopo sudah ada di lokasi tersebut jauh sebelum Kota Manado. Suku Bantik juga telah ada sejak dahulu kala. Sejak awal para leluhur-leluhur suku Bantik menjadikan tempat ini untuk upacara spiritual dengan maksud dan tujuan bermohon kepada Yang Maha Kuasa dan meminta petunjuk.

Di bagian tengah merupakan makam sang penguasa jagad raya. Sementara sekelilingnya para pengawal. Pada bagian depannya ada patung Robert Wolter Mongisidi berwarna kuning yang menghadap ke arah Lapangan Bantik tempat Wolter dilahirkan.

"Awalnya patung ini dibangun di samping Museum Kodam XIII/Merdeka,pembangunannya diprakarsai Pangdam XIII/Merdeka Brigadir Jenderal TNI Willy Widjojo Soejono pada 23 Maret 1970. Waktu itu tidak kunjung selesai karena campuran bahan untuk membuat patung tidak bisa menyatu. Campuran semen tidak bisa menyatu dengan rangka besi patung tersebut," tutur Yohan.

Setelah dikonsultasikan dengan pihak keluarga, akhirnya patung tersebut dipindahkan ke tempatnya yang sekarang ini, sedangkan di samping museum dibangun patung baru yang lebih tinggi. Pembangunan kedua patung tersebut pun berjalan lancar. 

Suku Bantik, tempat Wolter berasal merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Sulawesi Utara dan tersebar di enam kabupaten/kota. Ada 11 desa atau kelurahan yang didiami Suku Bantik. Sekarang mereka sudah menganut berbagai agama. Tapi kepercayaan leluhur ini masih tetap dijaga dan Batu Niopo ini menjadi pusat ritual suku Bantik.

Robert Wolter Mongisidi merupakan anak suku Bantik dan Yohan merupakan keponakan dari Pahlawan Nasional asli Sulut tersebut. Yohan merupakan anak dari pasangan Jan Albert Mongisidi, kakak dari Robert Wolter Mongisidi.


Editor : Donald Karouw

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network