MANADO, iNews.id - Ada dua falsafah hidup masyarakat Sulawesi Utara yang menjadi rahasia terjaganya toleransi antara umat beragama. Pertama yakni Sitou Timou Tumou Tou, artinya manusia hidup untuk memanusiakan orang lain yang dipopulerkan Sam Ratulangi.
Kemudian 'Torang Samua Basudara' yang pertama kali dicetuskan tokoh nasional sekaligus Gubernur Sulut periode 1995-2000 EE Mangindaan.
Semboyan Torang Samua Basudara sudah tumbuh dan berkembang sejak lama menjadi nilai serta budaya dominan bagi masyarakat Sulut. Bukan hanya sekadar semboyan, namun diimplementasikan dalam kehidupan kongkret masyarakat.
Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara)
Slogan ini telah berubah menjadi nilai budaya masyarakat Sulut sebagai senjata perekat dalam menghindari konflik SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan) yang meluas di Indonesia bagian Timur pada rentang waktu 1998-2000.
Prinsip dan nilai moral yang terkandung dalam semboyan Torang Samua Basudara menjadi modal penting bagi terciptanya sikap toleransi masyarakat. Bahkan menjadi penangkal terhadap beragam ancaman konflik.
Falsafah ini juga menjadi cara dan pandangan hidup, sekaligus alat pemersatu dan penjaga kerukunan hidup masyarakat. Sebab ada dimensi moral di dalamnya, mencakup menjunjung tinggi rasa toleransi, rasa hormat kepada orang tanpa memandang ras, agama dan keyakinan.
Siap membantu sesama tanpa memandang latar belakang dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin serta mengedepankan demokrasi.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait