Kanker Payudara Masih Jadi Pembunuh Nomor 1 Perempuan Indonesia

MANADO, iNews.id - Kanker Payudara masih jadi pembunuh nomor satu perempuan di dunia bahkan Indonesia. Angka kematiannya juga masih sama.
"Kanker payudara urutan nomor satu di dunia, di Indonesia juga urutan nomor satu. Lalu angka kematiannya juga sama, kalau urutan kematiannya di bawah dari kanker paru. Tapi secara umum, kanker payudara di Indonesia sampai saat ini dari 50 tahun yang lalu didominasi oleh stadium tiga dan empat," tutur Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) Walta Gautama, Selasa (8/2/2022).
Untuk stadium empat, angka kematian bagi pasien kanker payudara untuk bertahan hidup selama lima tahun kurang dari 20 persen. Padahal kalau pasien datang disaat masih stadium satu atau dua, angka kesembuhannya lebih dari 80 persen.
Secara umum, pengetahuan deteksi dini mulai dari kanker payudara, kanker tiroid dan kanker lainnya masih minim. Itulah yang dikejar oleh pemerintah mengenai pengetahuan deteksi dini lewat programnya yang utama yakni kanker payudara dan kanker mulut rahim.
"Ini yang lagi dikejar kami dengan pemerintah mengenai pengetahuan deteksi dini. Program pemerintah itu yang utama adalah kanker payudara dan kanker mulut rahim. Itu program pemerintah dari 2015," ujarnya.
Namun yang menjadi masalah kata dia, pada kanker payudara, dibandingkan kanker mulut rahim, ada lesi prakanker, di mana sebelum menjadi kanker sudah bisa dilakukan tindakan bukan dengan operasi, sedangkan untuk kanker payudara, makin dini atau makin belum teraba, terapinya tetap operasi.
"Jadi ini yang pertama, rasa ketakutan masyarakat mendengarkan operasi. Yang kedua, regulasi, jadi begitu dia ketahuan dini, kita ini belum punya alur rujukan yang bagus, sehingga ada penelitian kalau orang berani mulai berobat itu sampai dia tahu ada benjolan di payudara, dia akan berani ke dokter butuh waktu sampai tiga bula," katanya
Dari dia berani ke dokter sampai dia konsultasi, dia nyangkut ketemu tukang obat alternatif, sampai dia betul-betul mendapat tindakan butuh waktu sembilan sampai dengan 13 bulan.
Hal itulah yang sedang dibenahi lewat kerja sama dengan kementerian. Pemerintah saat ini sedang menggodok di antaranya strategisasi pelayanan rumah sakit unggulan sebagai rumah sakit rujukan untuk kanker, salah satunya di RSUP Prof Kandouw Manado
"Kita juga sedang membuat bagaimana caranya supaya penyakit kanker secara dini ditangani dengan benar," ucapnya.
Editor: Cahya Sumirat