Manado Dijuluki Kota Apa, Tinutuan atau Doa?

MANADO, iNews.id – Manado dijuluki kota apa, pilihannya jatuh pada Kota Tinutuan atau Kota Doa. Keduanya sudah melekat lama sebagai moto Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dengan latar belakangnya.
Manado yang ditetapkan lahir pada tanggal 14 Juli 1623 itu memang banyak memiliki julukan selain moto yang ditetapkan wali kotanya.
Namun yang dibahas kali ini hanya dua julukan yang sering digaungkan oleh pemimpin sebelumnya yakni Wali Kota Jimmy Rimba Rogi dan GS Vicky Lumentut.
Manado dijuluki kota apa salah satunya adalah Kota Tinutuan. Tinutuan atau Bubur Manado ini merupakan salah satu makanan khas Indonesia dari Manado, Sulut. Namun ada pula yang mengatakan tinutuan adalah makanan khas Minahasa.
Tinutuan ini adalah campuran bermacam sayuran, di dalamnya tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan yang sering disantap ramai-ramai penuh kebersamaan.
Bubur Manado atau Tinutuan biasanya disajikan untuk sarapan pagi beserta berbagai pelengkap hidangannya. Walau demikian, tinutuan umumnya tetap dapat ditemukan di berbagai rumah makan di luar waktu sarapan.
Makanan khas Tinutuan ini kemudian dipakai menjadi moto Kota Manado sejak kepemimpinan Wali Kota Jimmy Rimba Rogi dan Wakil Wali Kota Abdi Wijaya Buchari periode 2005-2010, menggantikan moto Kota Manado sebelumnya yakni Berhikmat.
Manado dijuluki kota apa berikutnya yaitu Kota Doa. Julukan ini muncul dan digaungkan sejak resmi dicanangkan sebagai Kota Doa bagi seluruh umat beragama di Indonesia oleh Wali Kota Manado saat itu yakni GS Vicky Lumentut.
Semua perwakilan agama sepakat agar seluruh masyarakat Kota Manado menjadikan doa sebagai bagian dari hidup, karakter, atau gaya hidup sehari-hari.
Penetapan ini sesuai kesepakatan bersama para pemimpin umat beragama yang dikoordinasikan Badan Kerja Sama Antarumat Beragama (BKSUA) dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Manado di God Bless Park.
Wali Kota Manado, GS Vicky Lumentut ketika itu menyampaikan media doa, akan lebih mempererat kebersamaan umat beragama yang ada di kota tersebut. Pada praktiknya nanti setiap tanggal 1 bulan yang baru, semua rumah ibadah akan dibuka pagi hari. Semua umat beragama diajak berdoa menurut ajaran agama dan kepercayaan masing-masing.
Awalnya, ide menjadikan Manado sebagai Kota Doa mengemuka saat Wali Kota Manado GS Vicky Lumentut bersama beberapa perwakilan agama berziarah rohani ke beberapa negara di antaranya Turki, Palestina, Bethlehem dan Jerusalem.
Ketika ziarah tersebut, mereka akhirnya sepakat, apa yang selama ini terbentuk dalam pikiran bahwa ada masalah antara satu agama dengan agama yang lain, ternyata tidaklah benar. Dalam perjalanan itu, mereka secara langsung melihat agama tidak menjadi pertentangan satu dengan yang lain. Masyarakat faktanya bisa hidup rukun satu dengan yang lain.
Setelah melihat secara langsung situasi di beberapa tempat itulah kemudian rombongan ziarah tergerak hati untuk memperkuat kehidupan rukun di Kota Manado yang mendapat predikat kota paling toleran di Indonesia.
Setelah itu mereka bertekad akan semakin mempertahankan keutuhan, kekokohan, kebersamaan di Manado dan media yang bisa menyatukannya doa.
Editor: Cahya Sumirat