Pemerintah Diminta Salurkan Beras Impor, Harga di Pasar Belum Turun
JAKARTA, iNews.id - Harga beras diprediksi akan turun dalam dua minggu seiring penyaluran beras impor ke pasar tradisional. Pemerintah diminta konsisten dalam operasi pasar agar harga stabil.
"Sekitar dua minggu ini lah. Pemerintah segera keluarkan saja beras impornya, jangan ditahan-tahan karena kemarin hampir sebulan berhenti operasi pasarnya," ujar Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso,saat dihubungi, Selasa (7/2/2023).
Karena tidak konsisten itulah yang menyebabkan naik. Jadi kata dia jangan bolong-bolong kalau sudah operasi pasar harus terus seperti di pasar Cipinang, tapi harus dikontrol harganya.
Menurut dia, fenomena kenaikan harga beras akhir-akhir ini terjadi karena distribusi beras impor ke pasar-pasar tidak berkesinambungan. Hal itu terlihat dari operasi pasar yang tidak dilakukan terus-menerus.
Dia mengatakan, selain distribusi beras impor, panen raya yang akan dimulai pada Maret hingga April mendatang juga dapat berkontribusi menurunkan harga beras. Diharapkan, pada saat panen raya tiba tidak terjadi hambatan sehingga beras-beras penggilingan petani bisa terdistribusi dengan baik.
"Pada dasarnya memang sekitar bulan itu, kalau lihat situasi dengan lanina itu justru sedikit maju jika dibanding dengan yang biasanya," ujar Sutarto.
Dari seluruh wilayah Indonesia, kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang serta Indonesia timur merupakan daerah yang minus serapan berasnya. Pasalnya, daerah tersebut bukan daerah penghasil beras. Oleh karenanya, daerah minus itulah yang semestinya dipasok stok beras paling banyak.
"Yang jelas itu pasti kan jakarta, dan kota-kota besar yang bukan daerah produsen, seperti Surabaya, Semarang. Nanti termasuk Indonesia Timur yang bukan produsen beras tapi makan beras. Itu yang harus diisi," tutur Sutarto.
Sementara itu, harga beras di Manado masih di kisaran Rp11.500 sampai 13.500 per kilogramnya. Harga tersebut tak kunjung turun sejak awal tahun.
Editor: Cahya Sumirat