Peninggalan Remy Sylado, Pernah Tulis Buku Kamus Bahasa dan Budaya Manado
JAKARTA, iNews.id - Remy Sylado, seniman dan sastrawan Indonesia berpulang ke sisi Yang Maha Kuasa pada usai ke 77 tahun, Senin (12/12/2022). Mendiang yang memiliki nama lahir Japi Panda Abdiel Tambajong ini memiliki darah Minahasa, Sulawesi Utara.
Beberapa tahun lalu, Remy Sylado pernah meluncurkan bukunya yang berjudul 'Kamus Bahasa dan Budaya Manado'.
"Sebetulnya saya ini bukan putra Manado, tetapi keturunan Minahasa. Yang seharusnya orang Manado itu kan mesti memiliki KTP dan tinggal di Manado," katanya saat peluncuran buku tersebut.
Dalam buku setebal 390 halaman, Remy Sylado mengangkat arti ribuan fam atau marga dan langgam bahasa pengantar sehari-hari di lingkup orang Manado, terutama di kalangan etnis Minahasa.
Remy merupakan salah satu sosok budayawan populer seangkatan dengan WS Rendra yang terkenal sebagai pesuka bahasa, pengguna aktif bahasa-bahasa Tontemboan, Makassar, Ambon, Jawa, Sunda, Betawi, Manado dan menguasai beberapa aksara asing.
Aksara asing dikuasainya antara lain Yunani, Ibrani, China dan Arab. Selain itu, Remy Sylado juga dikenal sebagai pengajar teater, seni rupa, musik dan agama, penulis novel, naskah teater serta film.
Dalam kariernya yang serba bisa, Remy Sylado pun sering didaulat menjadi pembicara kunci bidang sastra dan bahasa di universitas-universitas di dalam maupun di luar Indonesia. Karya tulisnya diterjemahkan di Jerman, Australia, Belanda, Amerika dan Jepang.
Sebagai figur yang juga sering diajak main teater, film maupun sinetron, Remy Sylado menggunakan beberapa nama samaran untuk karya kesenian dan kebudayaan, antara lain Dova Zila, Juliana C Panda, Apo Manampiring, Alif Danya Munsyi, terakhir Remy Sylado.
Pada tahun 2002, dia mendapat penghargaan sastra 'Khatulistiwa' untuk karya novelnya. Lalu pada 2003 mendapat penghargaan FFB sebagai Aktor Terpuji untuk aktingnya di film.
Penghargaan lainnya, Anugerah Indonesia (2003) untuk karya-karya teater musikalnya, Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk puisinya (2004) dan anugerah sastra terbaik oleh Pusat Bahasa untuk novelnya (2006).
Editor: Donald Karouw