Penyelidikan Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC Dihentikan

JAKARTA, iNews.id - Penyelidikan dugaan kebocoran data kependudukan melalui aplikasi Kartu Waspada Elektronik alias Electronic Health Alert Card (eHAC) dihentikan. Dalam prosesnya Bareskrim Polri memutuskan untuk menyetop karena tidak ditemukan indikasi pengambilan data. 

"Penyelidikan tidak diteruskan," kata Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Jakarta, Selasa (7/9/2021).

Baca Juga

BMKG Deteksi 2 Siklon Tropis, Ini Dampaknya untuk Wilayah Sulut dan Gorontalo

Argo menjelaskan, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dit Tipid Siber) Bareskrim Polri menyimpulkan bahwa kebocoran tidak terjadi karena upaya pembobolan. 

Dalam hal ini, Argo menyebut, petugas telah melakukan upaya klarifikasi dan pemeriksaan terhadap pihak Kementerian Kesehatan ataupun mitra Kemenkes yang bertanggungjawab sebagai vendor dalam pengelolaan aplikasi itu. 

Baca Juga

Kasus Positif Covid-19 di Sulut Capai 32.856 Orang, Kematian Naik Menjadi 973

"Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Cyber Polri terhadap Kemenkes dan mitra Kemenkes, bahwa tidak ditemukan upaya pengambilan data pada server eHAC," ujar Argo. 

Sekadar diketahui, VPN Mentor, situs yang fokus pada Virtual Private Humate Network (VPN), melaporkan adanya dugaan kebocoran 1,3 juta data pada eHAC.

Baca Juga

Tinjau Vaksinasi di Unklab, Wakapolda Sulut Ajak Masyarakat Tetap Patuhi Prokes

Data-data yang bocor tidak hanya sekadar data yang ada di KTP, tapi juga sampai menyentuh data hasil tes Covid-19, paspor, data rumah sakit dan klinik yang telah melakukan pengetesan pada pengguna, hingga data pembuatan akun eHAC.

Baca Juga

Bulog Sulutgo Salurkan Beras CBP Sebanyak 7.304 Ton

Dugaan kebocoran data tersebut terjadi karena pembuat aplikasi menggunakan database Elasticsearch yang tidak memiliki tingkat keamanan yang rumit sehingga mudah dan rawan diretas.

Editor: Cahya Sumirat