Salurkan BST di Daerah Terpencil, Kepala Kantor Pos Gorontalo Terobos Hutan Lindung

GORONTALO, iNews.id - PT Pos Indonesia Cabang Gorontalo menyalurkan bantuan sosial tunai (BST) untuk masyarakat di wilayah kecamatan terpencil Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Sebanyak 26 keluarga penerima manfaat (KPM) yang mendapatkan BST program Kementerian Sosial tahun 2021.

"Ke-26 KPM tersebut tersebar di lima desa, yaitu Bangio, Dataran Hijau, Pinogu, Pinogu Permai dan Tilonggibila," ujar Kepala Kantor Pos Gorontalo, Abdul Hafid  usai kembali dari Kecamatan Pinogu, Selasa (24/8/2021).

Baca Juga

Angka Depresi Warga Tinggi, Pembangunan RS Jiwa di Gorontalo Menjadi Prioritas Pusat 

Hafid menjelaskan, walaupun lokasi yang berada jauh di dalam hutan lindung, pihaknya harus memberikan secara langsung kepada penerima.

"Penyaluran ini harus diterima langsung oleh penerima, masalah tantangan, akses jalan yang kurang bagus, ini adalah tugas kami untuk menyerahkan amanat tersebut yang memastikan BST diserahkan kepada yang berhak," ujarnya.

Baca Juga

Polres Gorontalo Kota Lakukan Penyekatan Sejumlah Ruas Jalan Utama

Dia mengatakan jika Pinogu masuk dalam klaster tiga, yang dijadwalkan khusus tidak seperti jadwal dalam kota atau daerah lainnya yang mudah untuk diakses.

Baca Juga

Polda Gorontalo Buka Gerai Vaksinasi di Terminal Dungingi dengan Target 250 Peserta

"Kami berangkat pada pukul 16.00 Wita dan tiba di lokasi pada pukul 01.00 Wita keesokan harinya," kata dia.

Hafid mengaku jika pada perjalanan menuju Pinogu memang membutuhkan kondisi fisik yang prima, karena kondisi jalan yang sempit dan licin, terjal, berlumpur dan membutuhkan ojek motor khusus untuk ke sana.

Baca Juga

Stok di Pelelang dan Pasar Berkurang, Produksi Ikan Asap Gorontalo Terkendala Bahan Baku

"Pada perjalanannya, motor yang saya tumpangi tiga kali putus rantai, dua kali ganti kanvas rem dan ban kempes," tuturnya.

Dia menambahkan, di antara seluruh kabupaten yang menjadi lokasi penyerahan BST, Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango masih jadi yang tersulit diakses.

Editor: Cahya Sumirat