Santap Sedap Menu Paniki, Kuliner Ekstrem Berbahan Dasar Kelelawar Khas Minahasa, Mau Coba?

MINAHASA, iNews.id - Kalau soal kuliner esktrem di Indonesia, Sulawesi Utara (Sulut) sudah pasti juaranya. Sulut dikenal memilik banyak ragam kuliner ekstrem, salah satunya berbahan dasar paniki atau kelelawar.
Untuk mendapatkan kelelawar cukup mudah. Sesekali, jika Anda berkunjung ke Sulut, cobalah jalan-jalan ke Pasar Beriman di Kota Tomohon. Pasar ini layaknya pasar tradisional lainnya di Indonesia yang menjual berbagai dagangan seperti sembako, sayur mayur, ikan serta berbagai kebutuhan lainnya.
Namun ada tradisi unik yang membedakannya. Di pasar ini menjual berbagai daging hewan yang tak lazim. Tempat ini sering juga disebut sebagai pasar ekstrem lantaran menjual daging hewan anjing, kucing, babi, kelelawar, babi hutan, tikus hutan ekor putih, ular piton hingga kus-kus.
Tidak hanya itu di kawasan tersebut juga tersedia kuliner ekstrem tinggal terserah anda mau makan apa.
Kembali ke kuliner berbahan daging kelelawar atau orang Minahasa menyebutnya paniki sudah menjadi salah satu kuliner khas Minahasa. Ini bukan baru ada sekarang, melainkan sejak dulu berlangsung cukup lama.
"Memakan daging kelelawar dari cerita orang tua dulu sampai saat ini, gak pernah ada masalah. Kami baik-baik saja,” kata Rumampuk, Kamis (24/11/2022).
Apalagi kata warga Tondano, Kabupaten Minahasa itu, setahu dirinya tidak pernah dibuat dalam bentuk sup. Sepengetahuannya, masaknya saja ketat, yakni pertama harus diblower dengan api supaya baunya hilang karena harus agak kering. Begitu juga bumbunya, beragam agar bisa menghilangkan bau amisnya.
“Kalau disup membayangkan rasanya saja terasa bagaimana gitu. Selama ini, setahu saya, masak di santan tapi bumbunya sama tinggal beda dipenggunaan santan. Karena di santan saja bumbunya harus banyak rempah-rempahnya supaya rasa dan bau hamisnya hilang,” ujarnya.
Menurut R Rumampuk, kelelawar hidupnya bergelantungan, jadi kotoran dari dirinyalah yang dijadikan pelindung dari predator. Keterangan serupa disampaikan Sondakh warga Minahasa Utara. Menurutnya, memasak kelelawar biasanya di santan hingga kering.
Bahkan sebelum dimasak dibakar dulu dengan api untuk mengeluarkan bulu-bulu halusnya. “Diikeluarkan bulu-bulu halusnya dengan menggunakan semprotan api,” ujarnya.
Diketahui, makanan yang menggunakan daging kelelawar sebagai bahan utamanya memiliki rasa yang sedikit gurih meski tekstur daging terasa alot.
Apalagi kelelawar setelah dibersihkan, kemudian ditumis dengan campuran rempah-rempah seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, jahe, sereh, cengkeh, tomat dan dicampur dengan santan kelapa sebagai kuahnya. Unsur pedas di sini menjadi siasat mencegah daging kelelawar berbau amis.
Meski demikian, tidak semua kelelawar dapat digunakan sebagai olahan paniki. Hanya kelelawar pemakan buah sajalah yang digunakan untuk membuat kuliner khas ini.
Sebab ukuran tubuh kelelawar pemakan buah jauh lebih besar dibanding jenis kelelawar lainnya sehingga dinilai lebih memuaskan ketika dimakan.
Dalam proses memasaknya, bulu kelelawar akan dihilangkan terlebih dahulu sebelum diolah dengan bahan-bahan, seperti santan, bawang merah, bawang putih, cabai dan lain sebagainya.
Nah jika penasaran, silahkan coba berburu kuliner daging kelelawar tersebut yang telah diolah menjadi makanan yang lezat. Perpaduan dari bumbu tersebut membuat rasa paniki menjadi gurih dan nikmat untuk disantap.
Editor: Cahya Sumirat