get app
inews
Aa Text
Read Next : Gunung Marapi Masih Fluktuatif Pascaerupsi, Status Tetap Level II Waspada

Status Naik Level Waspada, Ini Sejarah Gunung Awu Paling Mematikan ke- 4 di Indonesia

Minggu, 12 Desember 2021 - 23:53:00 WITA
Status Naik Level Waspada, Ini Sejarah Gunung Awu Paling Mematikan ke- 4 di Indonesia
Status Gunung Awu di Kabupate Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara naik ke level II Waspada.(Foto: Ist.)

SANGIHE, iNews.idGunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihen, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) naik status dari level I normal ke level II atau waspada.

Hal tersebut berdasarkan pengamatan visual periode 1 Desember 2021 hingga 10 Desember 2021 terhadap gunung yang terletak pada posisi koordinat 3.682846° LU dan 125.45598° BT Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

"Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya maka terhitung mulai 12 Desember 2021 pukul 12.00 WITA, status tingkat aktivitasnya dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada)," kata Subkoordinator Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Minggu (12/12/2021).

Gunung Awu memiliki potensi erupsi dengan eksplosivitas tinggi serta secara historis termasuk gunung api yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa di antara gunung api lainnya di Sulawesi Utara dan paling mematikan keempat di Indonesia dengan korban total setidaknya 5.301 jiwa. Gunung Awu memiliki interval erupsi berkisar antara 1 hingga 101 tahun. 

Gunung dengan ketinggian 1.320 mdpl ini berada di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan catatan sejarah gunung ini termasuk gunung api yang mempunyai masa istirahat yang panjang. Tetapi setiap letusannya selalu tergolong besar.

Dikutip dari vsi.esdm.go.id, berdasarkan catatan sejarah yang diketahui, dari tahun 1640 sampai dengan 1966 telah terjadi 5 kali erupsi yang menelan korban serta kerugian yang cukup besar. Tahun 1711 erupsi mengakibatkan daerah antara Tabuhan dan Tahuna hancur. Sekira 3.000 orang, 2.030 orang di Kendhar, di antaranya raja Syamsialam, 70 orang di Koloza dan 408 orang di Tahuna menjadi korban.

Tahun 1812 terjadi erupsi besar dan akibat serupa dengan yang terjadi pada tahun 1711. Pohon kelapa hancur di seluruh pantai. 2.806 jiwa penduduk Tabuhan, Khendar dan Kolengan menjadi korban. Erupsi disertai awan panas, lahar erupsi dan lahar hujan. Kampung Trijang, pondok Pembalarian, Labakassin, Patung dan Hilang sama sekali hancur.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut