Universitas Muhammadiyah Gorontalo Optimalkan Praktisi Mengajar

GORONTALO, iNews.id - Universitas Muhammadiyah Gorontalo berusaha mengoptimalkan pelaksanaan program Praktisi Mengajar. Program tersebut menjadi salah satu program pada kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Praktisi Mengajar yang lalu sudah selesai dan dosen-dosen di sini (Universitas Muhammadiyah Gorontalo) juga terlibat mendampingi praktisi itu,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Moon Hidayati Otoluwa, Kamis (30/3/2023).
Praktisi mengajar merupakan salah satu dari tujuh program kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diimplementasikan oleh Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Program Praktisi Mengajar di universitas ini diimplementasikan oleh mahasiswa jurusan PGSD dan mampu menghasilkan 22 mahasiswa dengan masa penyelesaian studi hanya 3,5 tahun, karena proses pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
Dosen sekaligus Ketua Prodi PGSD, Yulianti S Mooduto bercerita bahwa program Praktisi Mengajar banyak membawa dampak positif juga terhadap dosen-dosen PGSD di universitas ini.
Praktisi yang datang dari eksternal kampus tersebut mampu membawa beragam ilmu dan inovasi yang belum pernah ditemukan oleh dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Sebagai contoh, praktisi untuk mata kuliah seni dan musik diampu oleh praktisi dari Surabaya yang memang berkecimpung dalam seni dan musik.
Praktisi dari Surabaya tersebut bisa membuat mahasiswa mengetahui dan memahami cara-cara membuat lagu anak hingga lagu daerah.
“Selama ini kami memang memberikan perkuliahan, tapi setelah melaksanakan program Praktisi Mengajar banyak ilmu yang kami dapat dari tim praktisi,” katanya.
Dosen Fakultas Pendidikan Jurusan PGSD Universitas Muhammadiyah Gorontalo Hendra yang juga dosen pendamping dalam program Praktisi Mengajar mengatakan masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program ini.
Hendra menilai praktisi yang bukan merupakan masyarakat Gorontalo membuat program Praktisi Mengajar kurang maksimal, karena tidak bisa terjun langsung kepada mahasiswa.
Selama ini tim praktisi di Universitas Muhammadiyah Gorontalo berasal dari luar daerah, sehingga pelaksanaannya hanya melalui daring, seharusnya praktisi bisa mengajak mahasiswa terlibat secara langsung.
“Seperti kesenian menari atau musik itu kan seharusnya mahasiswa bisa terlibat langsung di sanggar. Kalau melalui Zoom jadi tidak optimal,” ujar Hendra.
Oleh sebab itu, ia berharap agar program ini bisa ditingkatkan dan diperbaiki, termasuk mengenai pemerataan tenaga praktisi mengajar, sehingga proses belajar mengajar pada program Praktisi Mengajar bisa lebih optimal.
“Kami butuh praktisi dari provinsi tidak terbatas oleh waktu dan akses,” ujarnya.
Editor: Cahya Sumirat