The Morning dalam laporan terbarunya melaporkan ada kenaikan 30 persen jumlah perempuan yang bergabung dengan industri seks di Kolombo sejak Januari tahun ini karena industri tekstil kehilangan pesanan dari India dan Bangladesh sekitar 10-20 persen. Selain itu, terjadi peningkatan mobilitas kaum perempuan dari perdesaan ke ibu kota, di mana mereka sebelumnya bekerja di industri tekstil.
Publikasi tersebut mengutip Stand Up Movement Lanka (SUML), kelompok advokasi pekerja seks terkemuka di Sri Lanka, tentang fakta tersebut.
Direktur Eksekutif SUML Ashila Dandeniya mengatakan, para perempuan itu sangat putus asa untuk menghidupi anak-anak mereka, orang tua atau saudara mereka. Akibatnya, menjadi PSK adalah salah satu dari sedikit profesi yang tersisa di Sri Lanka demi bisa menghasilkan uang dengan cepat.
Beberapa faktor telah berkontribusi pada pergeseran ke arah perdagangan seks, yang utama adalah inflasi sangat tinggi yang menurunkan upah yang sudah merosot di industri tekstil. Hal tersebut ditambah dengan kelangkaan bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait