"Anak saya juga suruh menggeluti pertanian dan peternakan di kebun, karena memang hasilnya sangat menjanjikan tergantung bagaimana keuletan dan cara kita mengelolanya, kalau pengelolaannya baik maka hasinya juga akan memuaskan," ucap Halikin.
Sementara salah seorang petani yang tergabung dalam kelompok tani Alam Salju Suprianto mengatakan lahan tersebut bukan miliknya tetapi milik warga Tionghoa yang saat ini tinggal di Jakarta. Karena disuruh menjagakan tanah dan bangunan walet, dia pun meminta izin untuk memanfaatkan lahan tersebut.
"Daripada lahan itu kosong dan tidak dimanfaatkan saya minta izin kepada pemiliknya untuk di tanami dan alhamdulillah di izinkan, awalnya saya hanya menanam sebanyak 6.000 pohon dengan biaya Rp96 juta dan produksinya mencapai 35 ton dalam tiga bulan," ucap Suprianto.
Dirinya mengatakan untuk luas tanam tomat ada sekitar 3,4 hektar dan bisa menghasilkan 35 ton tomat untuk tiga bulan sekali, kalau di jual ke pembeli dengan harga Rp10.000 per kilogramnya, dan hasilnya bisa mencapai Rp350 juta.
"Alhamdulillah sekali panen tomat kita bisa menghasikan Rp350 juta, itu kalau harga kita jual Rp10.000 ke pembeli, karena tergantung harga pasar, kalau lebih ya lebih juga hasilnya, selain tomat kita juga ada menanam timun dan cabe," katanya.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait