Faktanya, dari hasil rapat pleno KPU Kota Manado pasangan calon (paslon) nomor urut satu Andrei Angouw dan Richard Sualang meraih perolehan suara tertinggi dibandingkan tiga paslon lainnya.
Keduanya memperoleh 88.303 suara disusul oleh paslon nomor urut empat Julyeta Paula Runtuwene dan Harley Mangindaan dengan perolehan suara 66.730 suara. Diposisi ketiga ada paslon nomor urut tiga Mor Dominus Bastiaan dan Hanny Joost Pajouw dengan 53.090 suara, sedangkan paslon nomor urut dua Sonya S Kembuan dan Syarifudin Saafa meraih 32.224 suara.
Berikut kaleidoskop 2020 terkait terpilihnya Andrei Angouw yang berpasangan dengan Richard Sualang menjadi Wali Kota Manado. Ini menjadi sejarah baru di Sulut dan mungkin juga di Indonesia. Politikus PDI Perjuangan itu menjadi wali kota pertama dari etnis Tionghoa yang beragama Konghucu.
Banyak Doa dan Harapan
Doa, harapan dan ucapan selamat pun menggema. Ribuan umat Khonghucu di seluruh Indonesia ikut mengucap syukur melalui puluhan group whatsapp dan media sosial facebook. Mereka berharap semoga Andrei Angouw menjadi pemimpin yang baik bagi semua golongan masyarakat dan sukses menjalankan tugas pengabdian.
"Sebagai pimpinan Pusat Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) yang disebut Dewan Rohaniwan MATAKIN sekaligus sebagai Ketua Bidang Hukum & Advokasi MATAKIN Pusat, mengucap syukur atas kepercayaan masyarakat," ujar Ketua Bidang Hukum dan Advokasi MATAKIN Sofyan Jimmy Yosadi, Kamis (10/12/2020).
Dia mengatakan terpilihnya Andrei Angouw membuktikan masyarakat sudah cerdas dan menolak politik identitas. Dari Manado dan Sulawesi Utara, kita telah membuktikan bahwa keragaman dan kebhinekaan terus digaungkan demi NKRI dan dilandasi ideologi Pancasila.
Ini sejarah baru pertama kali seorang umat Khonghucu menjadi wali kota. Sebelumnya Andrei Angouw telah menoreh sejarah sebagai ketua DPRD Provinsi pertama di Indonesia yang beragama Khonghucu.
Toleransi Beragama
Toleransi bukanlah kata asing bagi Andrei Angouw. Toleransi umat beragama justru sudah tercipta dalam keluarganya. Meski menganut agama Konghucu, istrinya Irene G Pinontonan justru menganut agama lain, yakni Kristen Protestan.
Namun itu tidak menjadi masalah bagi Andrei, intinya yang penting rukun-rukun.
"Yang penting keluarga rukun, bisa membina anak-anak, bisa menjadi bagian yang baik untuk membesarkan bangsa ini, itu paling penting," kata Andrei.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait