Petani lain, Feride Tufan mengatakan, satu-satunya cara dia bisa bertahan adalah dengan menjual asetnya.
"Kami dapat melunasi utang kami dengan menjual tanah dan kebun anggur kami. Tetapi ketika kami menjual semuanya, kami tidak akan memiliki apa-apa lagi," ucapnya.
Mata uang menjadi sangat fluktuatif sehingga harga berubah setiap hari. Inflasi untuk produsen saja naik 50 persen. Akibatnya, warga mengurangi makan dan tidak membeli barang.
"Saya telah mengurangi semua pengeluaran saya. Untuk membayar tagihan, semua orang makan lebih sedikit dan tidak ada yang membeli barang," kata Hakan Ayran.
Karyawan supermarket mengunggah kenaikan harga di media sosial, menunjukkan harga mulai dari margarin dan minyak zaitun hingga teh, kopi, deterjen, dan kertas toilet. Sementara sebuah toko roti di Izmir, memasang tanda yang menjelaskan harganya lebih tinggi dengan mencantumkan biaya bahan-bahan yang melonjak seperti tepung, minyak, dan wijen.
Melonjaknya mata uang asing dan jatuhnya mata uang nasional merupakan masalah bagi sektor swasta dan sebagian besar perusahaan merasa lebih menguntungkan untuk menyimpan produk di gudang daripada menjualnya karena volatilitas dan inflasi Lira. Kondisi ini meningkatkan angka kemiskinan dan kesenjangan yang semakin lebar dalam pendapatan dan kesetaraan kekayaan.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait