PPKM kembali diberlakukan di Indonesia sepanjang Juli-Agustus 2021, sehingga kinerja perekonomian nasional dan daerah kembali tertahan. Alhasil pada triwulan III, perekonomian Sulut hanya tumbuh sebesar 3,15 persen (yoy) bersamaan dengan melambatnya konsumsi masyarakat. Realisasi anggaran pemerintah pun tidak bisa secepat pada semester I.
"Demikian pula permintaan negara-negara mitra dagang tercatat menurun sehingga menyebabkan pertumbuhan ekspor Sulut kembali melambat pada triwulan III. Meski demikian, kami menilai perekonomian Sulut masih berada dalam arah lintasan (trajektori) perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan kumulatif triwulan III 2021 sebesar 4,45 persen (ctc)," tutur Arbonas.
Memasuki triwulan IV 2021, ekonomi diprakirakan menguat seiring dengan penurunan kasus aktif Covid-19 dan percepatan vaksinasi di Sulawesi Utara. Kinerja industri dan pertanian diperkirakan tetap positif sejalan dengan tren positif ekspor luar negeri komoditas andalan Sulut.
Percepatan realisasi belanja modal maupun operasional baik yang bersumber dari APBD maupun APBN juga diperkirakan akan meningkat sesuai dengan pola musimannya dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan perekonomian Sulut. Berlanjutnya pemulihan ekonomi Sulut akan ditunjang stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga dan tumbuh positif.
Sampai dengan September 2021 kredit berlokasi proyek di Sulut tercatat tumbuh 9,86 persen (yoy) dengan kualitas penyaluran kredit yang terjaga pada rasio NPL sebesar 2,93 persen. Kabar baiknya, kredit modal kerja tercatat tumbuh paling tinggi yang mengindikasikan tanda-tanda pulihnya dunia usaha.
"Bercermin dari dinamika tahun 2021, terbatasnya aktivitas dan mobilitas masyarakat berpengaruh signifikan pada proses pemulihan ekonomi, sedangkan proses vaksinasi berperan penting dalam mengawal peningkatan aktivitas di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung," kata Arbobas.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait