Pertunjukan di tepi sawah itu disaksikan oleh ratusan pengunjung yang terdiri atas masyarakat setempat, para petani, aktivis, serta mahasiswa warga Desa Huntu Selatan.
Menurut dia, karya itu untuk mengkritisi kondisi kehidupan para petani yang sederhana namun dicekoki dengan beragam program, termasuk dijadikan pasar oleh para produsen benih, pupuk kimia, racun serangga, hingga racun rumput.
Ia menjelaskan KsitiShri merupakan gabungan dua kata atau nama yaitu Ksiti atau Siti yang berarti tanah, bumi, pertiwi, dan Shri atau Sri berarti sang dewi padi atau padi itu sendiri.
“Keduanya adalah ibu kehidupan, karena itu tanah dan padi menjadi gagasan utama dalam pertunjukan ini,” katanya.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait