Angin memasuki daratan Filipina dengan kecepatan 210 km per jam, menumbangkan pohon kelapa, merobohkan tiang listrik, serta menerbangkan atap rumah ke udara. Kurangnya data real time dan studi badai serupa di wilayah tersebut menyulitkan para ahli untuk memprediksi seperti apa peningkatan kemampuan Topan Rai.
“Tantangan dalam memperkirakan peristiwa besar adalah kecepatan terjadinya, seringkali dalam hitungan jam fenomena alam itu sudah memasuki kawasan permukiman. Hal ini membuat persiapan untuk proses evakuasi guna mengurangi risiko bencana menjadi kurang,” kata Clare Nullis, petugas media di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
Menurut EM-DAT, database bencana alam dari Universitas Louvain yang tersedia untuk umum, dalam 30 tahun terakhir, Filipina diterjang 205 badai siklon tropis. Angka itu merupakan yang tertinggi di antara negara Asia lainnya. Setiap badai siklon merenggut nyawa dan menyebabkan kerusakan jutaan dolar AS.
Sebagai perbandingan, China, negara paling terdampak kedua, mengalami 139 badai siklon tropis dan Bangladesh 42 siklon tropis dalam 30 tahun.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait