Begini Cara BRInita Sulap Lahan Timbunan Sampah Jadi Tempat Bercocok Tanam

JAKARTA, iNews.id – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI berkomitmen untuk mendorong perbaikan ekosistem lingkungan. Hal ini diwujudkan melalui berbagai program yang terus disalurkan, salah satunya adalah Bertani di Kota atau BRInita.
Program yang dilaksanakan di berbagai wilayah Indonesia ini mengusung konsep bertani yang memanfaatkan lahan minim di wilayah padat pemukiman atau perkotaan. Salah satunya di Kelurahan Tuminting, Kecamatan Tuminting, Kota Manado.
Ketua Lingkungan 4, Kelurahan Tuminting, Max Pagamus mengatakan, lahan yang dimanfaatkan tersebut sebelumnya merupakan lahan kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga. Lantaran mengganggu lingkungan dari sisi kebersihan dan keindahannya, lahan tersebut pun dimanfaatkan untuk dijadikan tempat bercocok tanam atau urban farming.
"Dulunya tempat ini adalah lahan timbun, tempat masyarakat membuang sampah. Lalu sekarang dibangun menjadi tempat pembibitan," ujar Max, Rabu (6/12/2023).
Max menjelaskan, Lahan Ekosistem Urban Farming yang ada di Kelurahan Tuminting saat ini pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat.
"Jadi memang lahan ini ada karena dikelola oleh masyarakat. Tujuan pembangunan tempat ini agar masyarakat dapat menjalankan kegiatan bercocok tanam yang hasilnya nanti dapat disalurkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar," kata Max.
Di lahan berukuran 10x30 meter di Tuminting Lingkungan IV tersebut, masyarakat membudidayakan tanaman hortikultura, seperti cabai rawit (rica), cabai merah keriting, tomat, hingga beraneka ragam sayuran di antaranya terong, timun, labu, dan pakcoy. Ada juga sereh, kunyit, kemangi, jahe, dan tanaman bibit buah seperti kedondong, jeruk, dan alpukat.
Selain itu, masyarakat juga membudidayakan ikan lele dan mujair. Khusus lele, warga menempatkannya di wadah seperti ember.
Lebih lanjut Max mengatakan, BRInita di Lingkungan IV, Tuminting, Manado dapat membantu perekonomian masyarakat secara umum dan secara khusus dapat menjadi wadah bagi warga untuk bercocok tanam.
"Jadi memang dapat membantu perekonomian masyarakat, misalnya yang dulunya masyarakat ke pasar membawa uang Rp5-10 ribu untuk kebutuhan dapur, sekarang nggak perlu mengeluarkan setiap hari karena ada urban farming," tutur Max.
Selain mendapatkan makanan sehat tanpa pestisida, lanjutnya, masyarakat juga dapat menghemat pengeluaran karena tidak perlu berbelanja.
Editor: Anindita Trinoviana