Kisah Raja Restoran Hotpot Berharta Rp83 Triliun, Dulunya hanya Tukang Las
Dalam beberapa bulan, bisnis hotpot empat mejanya sukses dan mengalahkan semua bisnis hotpot lainnya di Jianyang. Mereka pun mempercantik restoran, memperbaiki dekorasi, dan melengkapi ruangan dengan AC. Pada 1998, Zhang membuka toko kedua.
Namun pada 2018, Zhang memutuskan menjadi warga negara Singapura yang dinaturalisasi. Pada akhir 2018, Haidilao telah berkembang ke 466 lokasi di lebih dari 100 kota di China daratan, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat (AS).
Pada 2019, Haidilao tumbuh hampir 600 cabang di 10 negara. Restorannya di Beijing bahkan mulai menggunakan lengan robot untuk menyiapkan dan mengirimkan hidangan yang dipesan melalui iPad.
Mengutip Forbes, Zhang pada pekan lalu memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai CEO Haidilao International Holding. Perusahaan merombak operasiya dan memangkas jaringan restorannya. Dia digantikan oleh Yang Lijuan yang sebelumnya menjabat sebagai wakil CEO dan COO perusahaan.
Perubahan manajemen terjadi saat rantai restoran menghadapi masa sulit. Haidilao memperkirakan mengalami kerugian antara 3,8 hingga 4,5 miliar yuan pada 2021, dibandingkan dengan laba bersih 310 juta yuan tahun sebelumnya.
Penurunan ini imbas dari penutupan lebih dari 300 restorannya pada tahun lalu. Sementara saham Haidilao telah jatuh lebih dari 70 persen selama 12 bulan terakhir.
Awalnya tidak terpengaruh oleh pandemi, perusahaan terus membuka toko baru dan berkembang pesat. Ini mengoperasikan hampir 1.600 restoran pada Juni 2021 lalu, termasuk 1.491 di daratan Cina dan 106 di Hong Kong, Makau, dan di tempat lain.
Tetapi dengan melonjaknya biaya dan turunnya tingkat turnover, Haidilao memutuskan menangguhkan atau menutup toko dengan jumlah pelanggan yang relatif rendah dan tidak menguntungkan pada November lalu. Perusahaan juga berjanji untuk memperlambat ekspansi tepat waktu.
Editor: Cahya Sumirat