Akibatnya, pola cuaca ekstrem pun berubah. Cuaca ekstrem ditunjukkan melalui frekuensi hujan ekstrem yang kerap terjadi di wilayah Indonesia, khususnya untuk wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian barat dan tengah.
Sementara itu, untuk wilayah Jawa bagian timur, Lombok, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, hujan ekstrem meningkat selama musim kemarau.
Cuaca ekstrem mengalami eskalasi skala spasial yang semakin luas dan skala temporal yang lebih panjang, sehingga membangkitkan kejadian ekstrem di atmosfer membuat skala dampak yang ditimbulkan menjadi masif dan luas.
Menurut Erma, terdapat perbedaan antara cuaca ekstrem dan kejadian ekstrem. Cuaca ekstrem biasanya terjadi untuk skala yang lokal di suatu wilayah tertentu dan memiliki durasi kejadian yang singkat, kurang dari sejam atau maksimal sekitar dua hingga tiga jam.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait