Dari luar ruangan dia melihat sekolah ini seperti kebun yang di sana banyak harapan tumbuh di hati-hati besar di tubuh-tubuh mungil anak-anak yang baru ingin tumbuh mencari jati diri.
Halamannya tak terlalu luas, kalian bisa menyaksikannya sendiri. Ruang kelas menurutnya tak ada nyamannya sama sekli apalagi saat banjir, air bisa seenaknya masuk tanpa permisi terlebih dahulu menggenangi di lantai-lantai semen yang tidak rata.
"Akibatnya tubuh-tubuh mungil itu harus melepas sepatu dan tak memakai sandal ketika banjir saat jam sekolah, itu bisa fatal karena bisa terpeleset. Harus mengangkat rok dan celana agar tak terkena air yang mengenang seperti lautan susu cokelat yang tak terlalu kental," tuturnya.
Ruang-ruang kelas terlihat begitu kumuh, angin mudah merengsek masuk ketika cuaca tidak bersahabat, dinding-dinding ruangan seperti ingin mempertontonkan pada dunia bahwa di dalam ruang kelas ada harapan-harapan yang menolak dibunuh mati meski diracuni berkali-kali.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait