Kisah Kepahlawanan John Lie, Komandan Kapal Penyelundup Senjata Demi Kemerdekaan Indonesia
Operasi perdana The Outlaw melayari rute Singapura, Labuan Bilik dan Port Swettenham pada bulan Oktober 1947. Di Pulau Pisang, di Selat Johor, kapal pembangkang itu memuat perlengkapan militer berupa senjata semiotomatis, beberapa ribu butir peluru dan perbekalan secukupnya.
Saat itu, The Outlaw mengibarkan bendera Inggris mengangkat sauh pukul 04.00 dari Pulau Pisang menuju Labuan Bilik. Setelah satu jam berlayar dan memasuki laut lepas, mereka dikejar patroli Koninlijk Marine. Kapal pembangkang itu pun putar haluan kembali ke Selat Johor menuju Pulau Kukup.
Dari sana perjalanan diteruskan menyusur pesisir Semenanjung Malaya ke gugusan karang Een Vadem Bank di sebelah utara Port Swettenham, yang kini disebut Port Klang. Dari Een Vadem Bank, The Outlaw berangkat dengan mengibarkan bendera Republik Tiongkok menuju Labuhan Bilik di pesisir timur Sumatera.
Saat merapat ke Labuhan Bilik pada pukul 09.00 pagi, tiba-tiba terlihat pesawat Belanda dari pangkalan udara Polonia dekat Medan, menyusuri pantai. Ternyata mereka memburu The Outlaw. Dari tanda-tanda yang diberikan, Belanda meminta kapal meninggalkan delta Labuan Bilik.
Namun, The Outlaw menjawab dengan Morse, kapal tidak bisa bergerak karena sedang kandas. Pesawat Belanda terbang merendah, hingga sekitar 50 meter dari atas kapal. John Lie dan awak kapal melihat jelas awak pesawat dan dua juru senjata mengarahkan senapan mesin. Namun, tiba-tiba pesawat itu pergi. The Outlaw akhirnya bisa meneruskan perjalanan dan membongkar muatan senjata dan amunisi di Labuan Bilik.
Muatan itu diserahkan kepada Bupati Usman Effendi dan komandan setempat, Abu Salam. The Outlaw juga memuat hasil bumi karet Sumatera di Labuan Bilik untuk dijual ke Malaya. Mereka berangkat kembali ke Port Swettenham seminggu kemudian. John Lie dan teman-temannya mendirikan pangkalan gelap untuk memasok kebutuhan logistik bahan bakar, senjata dan bahan pangan untuk kebutuhan revolusi Indonesia.
Dunia pun tercengang pada kesuksesan The Outlaw menembus blokade Belanda. Stasiun Radio BBC di London dalam pemberitaannya bahkan menjuluki kapal itu The Black Speedboat, laksana kapal hantu yang berhasil melintasi lautan. Pemberitaan ini ternyata membuat patroli Angkatan Laut Belanda yang berpangkalan di Pelabuhan Belawan memperketat penjagaan di Selat Malaka.
Usaha Belanda tak berdampak. Pada misi keempatnya di bulan Januari 1948, The Outlaw, si kapal pembangkang tetap lolos dari tembakan kapal Belanda. Saat itu, mereka membawa berton-ton lembaran karet mentah yang akan dijual ke Semenanjung Malaya.
The Outlaw sukses kembali ke Port Swettenham pukul 06.00. Belanda makin geram. Mereka akhirnya memprovokasi Inggris yang berkuasa di Malaya saat itu.
Editor: Donald Karouw