Mengenal Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo dan Awal Mula Kampung Jawa Tondano di Minahasa

MINAHASA, iNews.id - Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo berada di Kampung Jawa Tondano, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Masjid ini merupakan peninggalan Kiai Mojo dan para pengikutnya yang dibuang Belanda ke Tondano pada akhir tahun 1829, menjelang berakhirnya Perang Jawa.
Masjid ini letaknya sekitar 1 km sebelum lokasi Makam Kiai Mojo yang dibangun sekitar tahun 1856. Sebelumnya, Panglima Perang Diponegoro tersebut bersama 62 pengikutnya yang semuanya laki-laki itu diasingkan di Desa Tonsea Lama, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa.
Di situ mereka sempat juga membangun masjid yang bernama Masjid Diponegoro Tegal Redjo sebelum akhirnya pindah ke Kampung Jawa Tondano yang hanya berjarak kurang dari 5 km dari Tonsea Lama.
"Masjid yang di Tonsea lama itu juga yang pertama kali dibangun Kiai Mojo. Karena pertama Kiai Mojo dan kawan-kawan tempatnya bukan di Kampung Jawa tapi sebelah sungai yang namannya Kawak," ujar Ketua Bidang Imaroh BTM Agung Alfalah Kiai Modjo, Husnan Kyai Demak, beberapa waktu lalu.
Namun karena daerah tersebut masih dikelilingi hutan dan banyak binatang liar seperti babi yang mengganggu sehingga Kiai Mojo tidak berkenan dan mengusulkan tempat lain. Belanda menyetujui tetapi tidak boleh jauh dari Tonsea lama sehingga pindahlah mereka di tempat yang sekarang dikenal sebagai Kampung Jawa Tondano (Jaton).
Bangunan Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo dulunya masih berbentuk musala sederhana dengan dinding terbuat dari bambu dan beratap rumbia. Kini bangunan masjid telah berganti menjadi dinding beton serta mengalami beberapa kali pemugaran.
Yang pertama dilakukan pada 1864, dipimpin Raden Syarif Abdullah bin Umar Assegaf yang dibuang Belanda ke Kampung Jaton bersama rombongannya pada tahun 1860.
Selanjutnya Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo mengalami beberapa kali pemugaran yang membuat penampilan masjid menjadi elok. Bukan hanya penampilan luarnya namun juga bagian dalam. Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo bergaya Joglo dengan atap limasan tumpang menyerupai bentuk bangunan Masjid Agung Demak di Jawa Tengah.
Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, namun ada beberapa bagian dalam Masjid yang masih asli. Seperti empat sokoguru atau tiang penyangga setinggi 18 meter yang masih asli, dinding sebelah barat, mimbar, bedug dan kentongan. Selain itu masih ada juga barang-barang peninggalan lainnya yang tersimpan di gudang.
"Mimbar ini masih asli peninggalan Kiai Mojo dan pengikutnya. Terbuat dari kayu berukir halus bertuliskan ayat-ayat Alquran. Di bagian depan ada ukiran kaligrafi rukun Iman dan rukun Islam, di bagian samping ada ukiran ayat Alquran pahatan ukiran kaligrafi. Ini dibuat Mbah Koesasie, pengikut dari Kiai Mojo," kata Sekretaris Dewan Masjid Indonesia Kabupaten Minahasa tersebut.
Bagian dalam atap Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo sepenuhnya terbuat dari kayu yang ditata dengan rapi dan sangat artistik. Ukiran halus bercita rasa tinggi ditoreh di kayu bersilang lengkung yang berada di bagian pusat juga masih asli peninggalan dari bangunan lama.
Masjid Agung Al-Falah Kiai Mojo berdiri dengan anggun di perkampungan Jawa Tondano yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Mereka hidup tentram dan damai di tengah permukiman masyarakat Minahasa di sekitarnya yang mayoritas beragama Kristen.
Editor: Donald Karouw