Aktivitas Meningkat, Status Gunung Awu Naik ke Level III Siaga
MANADO, iNews.id - Status Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara ditingkatkan ke Level III (siaga) mulai 11 Mei 2022 pukul 24.00 WITA. Secara visual gunung Awu terlihat jelas hingga tertutup kabut.
Subkoordinator Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan pasca peningkatan aktivitas dari Level I (Normal) ke Level II (Waspada) pada 12 Desember 2021 lalu. Saat cuaca cerah umumnya tidak teramati adanya hembusan gas dari arah kawah.
Namun pada 11 Mei 2022 pukul 15.00 WITA teramati asap kawah berwarna putih sedang setinggi 30 m di atas puncak. Cuaca cerah hingga badai, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur dan selatan. Suhu udara sekitar 24-33°C. Kelembaban 28-86 persen. Tekanan udara 70-72 mmHg.
"Peningkatan status aktivitas Gunung Awu dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) terhitung mulai tanggal 11 Mei 2022 pukul 24.00 WITA. Rekomendasi zona bahaya adalah radius 3.5 km dari kawah Gunung Awu," ujar Devy, Kamis (12/5/2022)
Menurutnya, jenis gempa yang terekam pada periode 1 Januari hingga 10 Mei 2022 terdiri dari vulkanik dangkal, vulkanik dalam, tektonik lokal dan tektonik jauh. Selama tingkat aktivitas Level II (Waspada) rata-rata kejadian jumlah gempa vulkanik dangkal yakni delapan kejadian/hari dan gempa vulkanik dalam lima kejadian/hari.
"Pada 9 Mei 2022 terjadi kenaikkan jumlah gempa vulkanik yang signifikan, yaitu 88 kali Gempa Vulkanik Dangkal dan 147 kali Gempa Vulkanik Dalam. Pada 10 Mei 2022 kenaikan jumlah gempa vulkanik semakin signifikan, yaitu 90 kali gempa vulkanik dangkal dan 203 kali gempa vulkanik dalam," kata Devy
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik. Erupsi terakhirnya pada Juni 2004 menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 km di atas puncak dan menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter dan tinggi sekitar 30 meter.
"Potensi bahaya G. Awu yang mungkin terjadi berupa erupsi magmatik menghasilkan lontaran material pijar dan/atau aliran piroklastik, maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunungapi maupun material erupsi sebelumnya," tuturnya
Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan.
Potensi bahaya lain berupa emisi gas gunungapi seperti CO, CO2, H2S, N2 dan CH4. Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman.
"Potensi bahaya sekunder jika erupsi telah terjadi berupa aliran lahar yang berasal dari material piroklastik yang jatuh di bagian lereng dan terbawa air hujan mengikuti alur-alur sungai yang berhulu dari Gunung Awu," katanya.
Editor: Nani Suherni