Penyandang Disabilitas Netra di Manado Produksi Abon Ikan Cakalang dan Sambal Roa
MANADO, iNews.id - Para penyandang disabilitas netra di Balai Disabilitas Netra, Kota Manado terampil membuat produk abon ikan cakalang. Bahkan sambal ikan roa yang merupakan salah satu sambal ikan yang sangat populer di Sulawesi Utara (Sulut) juga bisa dibuat oleh mereka.
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos RI Harry Hikmat mengaku bangga atas kemampuan yang dimiliki para penyandang disabilitas netra di Balai Disabilitas Netra, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) tersebut.
"Abon cakalang dan sambal ikan roa ini layak diproduksi dan dipasarkan," ujarnya di Manado, Sabtu (19/12/2020).
Karena, kata dia, kemampuan membuat dua produk itu merupakan hasil pelatihan dari seorang pelaku usaha.
"Kami melihat bukan hanya terampil membuat produknya tapi juga dibantu untuk pemasaran. Caranya dengan memposting di e-commerce sehingga ada perputaran dari hasil produksi penyandang disabilitas ini," katanya.
Menurut Dirjen, dengan adanya hasil penjualan ini, para penyandang disabilitas mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Selain itu, kata dia, para penyandang disabilitas ini bekerja dengan pendekatan kelompok atau usaha kelompok bersama.
"Dengan begitu, penyandang disabilitas tidak hanya terampil tapi dapat bekerja bersama sehingga tingkat kemandirian lebih cepat tercapai," ujarnya.
Harry juga menyampaikan bahwa Mensos terkesan dengan hasil kreasi disabilitas berupa kerajinan tangan yang kualitasnya tak kalah dengan buatan nondisabilitas seperti merchandise, taplak meja, asbak dan lainnya.
Salah satu bakat terpendam penyandang disabilitas lainnya yang cukup membuat terkesan adalah Yunita Lumowa yang berkesempatan menyanyi di hadapan Mensos.
"Tadi juga ada talenta penyanyi yang sangat berbakat namanya Yunita Lumowa. Pak Menteri sangat terkesan. Beliau berpesan nanti kalau ada acara di Jakarta minta dihadirkan. Suaranya keren tidak kalah dengan Titiek Puspa, punya power yang kuat," tutur Harry.
Selain itu, kata Harry, Mensos juga sempat menikmati pijatan dari salah satu pemijat netra sekira 30 menit.
"Inilah bukti kalau pembinaan dan pelatihan yang kita berikan hasilnya akan memberikan manfaat," tutur dia lagi.
Harry menambahkan Balai Netra Tomou Tou memiliki luas lima hektare dan fasilitasnya cukup memadai.
Namun, Harry berharap ke depannya, fasilitas balai Tomou Tou ini dapat ditingkatkan lagi menjadi multifungsi, tidak spesialis sensorik netra tapi disabilitas pada umumnya bisa memanfaatkan fasilitas ini.
Editor: Cahya Sumirat