“Saya sengaja alas pakai pelat seng, agar kue apangi tidak mudah gosong. Memasak kue ini mudah, tapi perlu diatur apinya agar tingkat kematangan dan warnanya pas,” kata Karmila sambil menuangkan adonan satu per satu ke dalam cetakan yang sudah panas.
Keduanya telah menyiapkan lima kilogram tepung terigu, dua kilogram tepung beras, susu, dan ragi untuk menghasilkan sekitar 500 buah kue. Agar lebih sedap dan gurih, adonan dapat ditambahkan dengan santan dan kelapa muda parut.
Adonan tersebut harus didiamkan selama 45 menit sebelum dimasak agar mengembang. Apangi yang ideal adalah yang teksturnya lembut, empuk serta berpori.
Kue ini disantap dengan cara mencelupkannya ke cairan gula merah. Itu sebabnya kudapan ini juga sering disebut dengan apang colo (celup).
Kue apangi adalah penganan tradisional yang melekat di hati masyarakat Gorontalo. Apangi menjadi ciri khas pada tradisi-tradisi bernuansa Islami di daerah tersebut.
Rusni dan Karmila dengan sukacita memasak apangi, karena ingin memeriahkan Festival Apangi. Bahkan, keluarga tersebut sudah mempersiapkan dana khusus sebulan sebelum pelaksanaan festival.
Editor : Cahya Sumirat
Artikel Terkait